Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas turun lagi di hari kedua. Selasa (16/8) pukul 7.10 WIB, harga emas spot melemah tipis 0,07% ke US$ 1.778,53 per ons troi. Sedangkan harga emas kontrak Desember 2022 di Commodity Exchange turun 0,24% ke US$ 1.793,70 per ons troi.
Harga emas turun lebih dari 1% ke level terendah dalam seminggu pada hari Senin di tengah penurunan tajam pada logam mulia karena dolar yang lebih kuat. Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS menambah tekanan pada emas.
Indeks dolar naik 0,8%, membuat emas dan komoditas lain yang dihargai dalam greenback lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
"Emas telah tertahan di sekitar level US$1.800, dan dolar yang lebih kuat mendorong emas dan seluruh harga komoditas melemah," kata ahli strategi pasar senior RJO Futures Bob Haberkorn kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini (Selasa, 16 Agustus 2022) Antam dan UBS di Pegadaian
Investor menunggu risalah dari pertemuan Fed Juli pada hari Rabu untuk isyarat tentang kemungkinan besarnya kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan imbal hasil obligasi, meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
"Ini adalah perdagangan emas yang hati-hati saat ini, karena The Fed akan terus menaikkan suku bunga dan investor melihat kenaikan suku bunga di periode selanjutnya," kata Haberkorn.
Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals dalam sebuah catatan menyebut, harga emas dan perak juga lebih rendah karena kekhawatiran permintaan setelah data ekonomi yang lemah dari China. Output industri di China, konsumen emas terbesar dunia, meningkat pada 3,8% pada Juli dari tahun sebelumnya. Angka ini melambat dari kenaikan 3,9% pada Juni.
Baca Juga: Harga Emas Spot Menyentuh Level Terendah 1 Minggu
Harga emas menguat sebagai safe-haven selama kekhawatiran resesi. Tetapi ekonomi yang melambat berpotensi menyebabkan rendahnya permintaan emas fisik.
"Kemungkinan besar resesi di Eropa memiliki potensi untuk mengurangi permintaan industri untuk perak," kata Rupert Rowling, analis pasar di Kinesis Money dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News