Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas melorot 1% pada Jumat (30/8), karena dolar dan imbal hasil treasury naik setelah data inflasi AS sesuai ekspektasi. Namun, dalam sebulan, harga emas masih mencatat kenaikan karena ekepektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada September masih berlaku.
Mengutip Reuters, harga emas spot turun 0,9% menjadi US$ 2.497,53 per ons troi pada pukul 01:42 siang ET (1742 GMT) dan emas berjangka AS ditutup 1,3% lebih rendah pada US$ 2.527,6 per ons troi.
Harga emas batangan naik 2% bulan ini setelah harga melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa di US$ 2.531,60 per ons troi pada 20 Agustus.
Baca Juga: Belanja Konsumen AS Meningkat, Inflasi PCE Naik Moderat pada Bulan Juli
Data dari Departemen Perdagangan menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,2% bulan lalu, sesuai dengan perkiraan para ekonom.
Data PCE mengonfirmasi inflasi bukan lagi perhatian utama Fed, karena mereka telah mengalihkan fokus ke pengangguran, yang selanjutnya memvalidasi potensi penurunan suku bunga pada bulan September, kata Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold.
Investor kini menantikan laporan nonfarm payrolls AS yang akan dirilis minggu depan.
"Minggu depan akan menjadi penentu apakah kita akan melakukan penurunan suku bunga 50 atau 25 basis poin pada pertemuan September," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures.
Para pedagang sedikit menaikkan taruhan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Fed bulan depan menjadi 69%, dengan kemungkinan penurunan sebesar 50 basis poin menjadi 31% setelah laporan inflasi, menurut alat CME FedWatch.
Baca Juga: Harga Emas Spot Bertahan Dekat Puncak Rekor Jelang Data Inflasi AS
Permintaan emas fisik tetap lesu di kalangan konsumen Asia karena kuota impor baru gagal meningkatkan permintaan China.
"Pengikut tren sistematis secara efektif berada pada posisi long maksimal. Kami juga berpikir bahwa posisi Shanghai mendekati rekor tertingginya. Itu terlepas dari kenyataan bahwa permintaan fisik di China cukup lemah dan arus masuk dari ETF emas China juga," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Risiko penurunan secara signifikan lebih tinggi dalam waktu dekat, mengingat fakta bahwa posisi terlihat sangat melebar, kata Ghali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News