Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS) kembali memukul harga emas. Kilau si kuning pun kian memudar.
Mengutip Bloomberg, Rabu (22/7) pukul 18.00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange (Comex) turun 0,99% menjadi US$ 1.092,6 per ons troi. Ini harga terendah sejak tahun 2010 silam.
Dalam sepekan harga emas merosot 4,77%. Ketimbang akhir tahun 2014, harga emas di pasar spot sudah tergerus 7,86%.
Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka menjelaskan, harga emas masih terpukul oleh kokohnya mata uang negeri Paman Sam. Lihat saja indeks dollar AS pada Rabu (22/7) pukul 18.07 WIB yang naik 0,07% ke level 97,397.
Memang sejak Rabu (15/7) lalu, dollar AS menguat akibat pernyataan Gubernur Bank Sentral AS alias Federal Reserve, Janet Yellen, bahwa mereka bakal mengerek suku bunga acuan pada penghujung tahun 2015. “Isu kenaikan suku bunga AS yang paling dominan menyeret harga emas,” ujarnya.
Tonny menyarankan, di kala harga emas terpuruk seperti saat ini, investor dapat mengambil posisi beli jika ingin berinvestasi jangka panjang. Sehingga mereka dapat mendulang untung dengan menjual emas dalam kurun lima tahun mendatang.
Sebab, ia memprediksi, di tahun 2020, harga emas spot akan bertengger di angka US$ 1.200 per ons troi. Dengan catatan, perekonomian dua konsumen utama emas, China dan India, berangsur pulih sehingga dapat mengerek permintaan.
“Kalau (perekonomian) mereka tidak membaik, sementara emas akan dianggap angin lalu. Lebih baik pilih berinvestasi di saham atau pasar uang,” tuturnya.
Tonny menilai, untuk akhir kuartal ketiga tahun 2015, harga emas akan terus menyusut dalam kisaran US$ 1.050 – US$ 1.150 per ons troi. Tutup tahun, harga emas akan bertengger di level US$ 1.050 per ons troi. “Hingga akhir tahun dan untuk jangka panjang, investor lebih baik ambil posisi sell,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News