Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas perkasa dan sempat berada di atas US$ 1.800 per ons troi setelah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) turun. Investor pun masih menanti rilis risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve terakhir untuk mengukur kebijakan moneter selanjutnya.
Selasa (6/7), harga emas spot ditutup melonjak 0,3% ke level US$ 1.797,08 per ons troi. Jelang akhir perdagangan, harga emas pun sempat melompat ke level tertinggi sejak 17 Juni di US$ 1.814,78 per ons troi.
Setali tiga uang, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 menguat 0,6% menjadi US$$ 1.794,2 per ons troi.
Imbal hasil US Treasury tenor acuan 10 tahun berada di terendah, hampir dalam dua minggu. Hal tersebut meningkatkan daya pikat emas karena cenderung menurunkan biaya peluang emas.
"Apa yang kami lihat dalam beberapa hari terakhir adalah bank sentral menolak gagasan menaikkan suku bunga sebelum waktunya," kata Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets.
"Investor menyadari bahwa kebijakan moneter secara historis akan tetap sangat longgar dan itulah salah satu alasan mengapa kami melihat imbal hasil obligasi turun, yang membantu menstabilkan harga emas setelah jatuh tajam pada Juni," tambah Razaqzada.
Baca Juga: Mengkilap, harga emas mencapai level psikologis US$ 1.800
Kini, fokus ada pada risalah dari pertemuan terbaru The Fed, yang dijadwalkan keluar pada hari Rabu (7/7), setelah komentar hawkish dari anggota bank sentral AS bulan lalu. Para pembuat kebijakan menyebut, kenaikan suku bunga akan dimulai pada tahun 2023 dan mendorong emas untuk mundur di bawah US$ 1.800 per ons troi.
Emas mendapatkan kembali beberapa pijakan setelah data pada hari Jumat menunjukkan tingkat pengangguran AS berdetak lebih tinggi.
"Kami percaya masih ada keberanian dalam logam mulia, karena inflasi harus terbukti sementara, yang menyiratkan bahwa harga pasar untuk kebijakan The Fed terlalu hawkish," kata TD Securities dalam sebuah catatan.
"Dengan emas yang sudah berhasil mempertahankan tren naiknya, skenario ini pada akhirnya dapat mengkatalisasi kembalinya minat investor institusi yang dapat membuat harga naik ke US$ 1.900 per ons troi," ujar TD Securities.
Selanjutnya: Wall Street terseret koreksi sektor keuangan, Dow Jones dan S&P 500 loyo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News