Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas menguat pada perdagangan hari ini karena kehati-hatian dari investor jelang pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Namun, penguatan dolar AS, yang juga merupakan aset lindung nilai, membatasi penguatan emas.
Senin (2/11), pukul 11.00 WIB, harga emas spot emas naik 0,2% menjadi US$ 1.882 per ons troi. Hal yang sama pun terjadi pada harga emas berjangka kontrak pengiriman Desember 2020 yang menguat 0,2% ke level US$ 1.883 per ons troi.
"Pandangan jangka panjang terhadap emas masih bullish dengan ekspektasi akan banjir stimulus besar dari AS yang pada akhirnya akan melemahkan dolar AS dan mengirim emas ke level lebih tinggi," kata Stephen Innes, Chief Global Market Strategist Axi.
Emas yang memang dipandang sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan mata uang mengalami kejayaannya pada tahun ini.
Baca Juga: Data Jepang dan China positif, pelemahan harga minyak tinggal 3% di siang ini (2/11)
Sentimen positif bagi emas memang masih datang dari sikap hati-hati yang diambil investor jelang pemilu AS pada Selasa (3/11). Di mana saat ini Joe Biden, calon dari Partai Demokrat masih memegang kepemimpinan dalam survei nasional. Tetapi posisi Presiden Donald Trump tetap kompetitif dengan unggul di sejumlah negara bagian yang menjadi kunci.
"Kampanye pemilu yang dibayangi dengan lonjakan virus corona menjadi periode tanpa gambaran yang jelas tentang hasil yang bisa saja mengguncang pasar logam mulia," ungkap Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillip Futures, mengatakan dalam sebuah catatan.
Namun sinyal baik dari Gedung Putih maupun Senat yang mendukung prospek stimulus fiskal yang cepat dan berskala besar yang akan menjadi positif untuk logam mulia, Sandu menambahkan.
Tetapi kenaikan harga emas dibatasi oleh keperkasaan the greenback. Indeks dolar AS tersebut bertahan di posisi atas, yang menyebabkan daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya turun.
Di sisi lain, total kasus Covid-19 di Eropa melewati tonggak sejarah yang suram setelah tembus 10 juta pada Minggu (1/11). Ini mendorong negara-negara seperti Inggris dan Portugal akan memberlakukan lockdown baru.
"Pedagang emas khawatir bahwa penguncian ini dapat menyebabkan tekanan deflasi. Pada perdagangan emas berikutnya benar-benar hanya untuk reflation trade," pungkas Innes.
Selanjutnya: Kilau harga emas sedikit meredup jelang pemilu AS, Senin (2/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News