Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas ditutup melemah karena dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil US Treasury menguat. Di sisi lain, investor mulai mengalihkan perhatian ke pertemuan kebijakan Federal Reserve yang digelar minggu depan untuk sinyal lebih lanjut tentang jadwal kenaikan suku bunga.
Selasa (18/1), harga emas spot ditutup melemah 0,3% ke US$ 1.813,74 per ons troi. Serupa, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Februari 2022 koreksi 0,2% ke US$ 1.812,40 per ons troi.
"Jika The Fed menaikkan suku bunga minggu depan, emas bisa mengalami aksi jual dan tertekan di bawah US$ 1.800. Tapi, itu akan menjadi level terendah sementara karena pasar akan tahu bahwa The Fed berada dalam posisi yang buruk jika menaikkan suku bunga sebelum Maret," kata Bob Haberkorn, Senior Market Strategist RJO Futures.
Dia menambahkan, setelah kenaikan suku bunga pertama, harga emas dapat diperdagangkan dalam kisaran US$ 1.780-US$ 1.830.
Kenaikan imbal hasil US Treasury tenor acuan 10-tahun yang menyentuh level tertinggi dalam dua tahun juga menambah beban emas. Di sisi lain, dolar AS juga mencapai tertinggi satu minggu, yang membuat emas mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Emas Spot Melemah ke US$1.817,1 Siang Ini, Investor Menanti Isyarat The Fed
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak menghasilkan.
Namun, bursa saham AS yang jatuh pada perdagangan Selasa, berhasil membatasi pelemahan harga emas batangan.
"Kami berada di jalur untuk hasil yang lebih tinggi sepanjang tahun yang akan membatasi kenaikan emas, tetapi kisah inflasi membuat emas terus berlanjut di kisaran saat ini," kata Haberkorn.
Perhatian investor global tetap tertuju pada pertemuan The Fed yang digelar pada 25-26 Januari mendatang. Terlebih usai para pejabat The fed yang mengisyaratkan akan mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret untuk mengekang lonjakan inflasi.
"Emas dalam periode berombak, tetapi prospek jangka menengah masih tetap bullish jika harga dapat melayang di sekitar level US$ 1.800. Emas akan tetap menjadi lindung nilai terhadap inflasi untuk sebagian besar kawasan Amerika Latin dan negara berkembang," tegas Ed Moya, Senior Market Analyst OANDA, dalam sebuah catatan.
Berbeda dengan emas, pada perdagangan sesi ini, harga perak spot malah naik 1,8% ke US$ 23,47 per ons troi. Serupa, harga platinum naik 1% menjadi US$ 981,50 per ons troi dan paladium melonjak 1,5% ke US$ 1.903,17 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News