Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas terus menunjukkan tren bullish atau tren kenaikan. Di mana, tren jual terhadap Dolar AS tetap dominan, didorong oleh meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga beberapa kali pada tahun 2025.
Kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi AS turut menekan USD, yang kini berada di level terendah multi-bulan. Kondisi ini menjadi faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas sebagai aset safe-haven.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mencermati, pada sesi perdagangan Asia awal hari Senin (10/3), harga emas telah menarik minat beli dan bertahan di sekitar level US$ 2.915.
Ketidakpastian global dan kebijakan perdagangan yang agresif dari Presiden AS Donald Trump menjadi faktor pendorong permintaan emas.
Trump baru-baru ini mengeluarkan perintah eksekutif yang mengecualikan barang dari Kanada dan Meksiko di bawah Perjanjian USMCA, hanya dua hari setelah menerapkan tarif baru.
Baca Juga: Harga Emas Menguat Tipis Hari Ini, Diperkirakan Tembus ke US$ 3.000 di Pekan Ini
Namun, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menegaskan bahwa tarif 25% pada impor baja dan aluminium yang dijadwalkan berlaku mulai Rabu kemungkinan besar tidak akan ditunda.
‘’Ketidakpastian kebijakan tarif ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan aset safe-haven seperti emas dalam jangka pendek,’’ jelas Andy dalam riset yang dibagikan, Senin (10/3).
Andy mengatakan, kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu semakin membebani sentimen investor. Perubahan arah kebijakan tarif yang diterapkan terhadap Meksiko dan Kanada menambah ketidakpastian di pasar global.
Trump sempat mengecualikan beberapa barang dari Kanada dan Meksiko dari tarif 25%, hanya beberapa hari setelah menerapkannya. Kebijakan yang berubah-ubah ini menambah tekanan terhadap Dolar AS dan semakin menguntungkan harga emas.
Selain itu, lanjut Andy, pelemahan di sektor tenaga kerja AS turut mendukung emas. Data Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada bulan Februari hanya meningkat sebesar 151.000, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 160.000.
Angka NFP bulan Januari direvisi turun menjadi 125.000 dari 143.000 sebelumnya. Tingkat pengangguran juga meningkat menjadi 4,1% dari sebelumnya 4,0%.
Kondisi pasar tenaga kerja yang melemah semakin memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya untuk mencegah perlambatan ekonomi lebih lanjut. Hal ini memberikan tekanan tambahan terhadap USD dan mendukung harga emas, mengingat logam mulia ini berdenominasi dalam Dolar AS.
Baca Juga: Harga Emas Antam Masih Naik, Saat yang Tepat untuk Masuk ke Pasar?
Secara teknikal, Andy melihat, adanya kombinasi candlestick dan indikator Moving Average saat ini mengindikasikan tren bullish yang masih kuat pada harga emas.
Proyeksi hari ini menunjukkan potensi kenaikan emas hingga level US$ 2.929. Namun, jika harga mengalami pembalikan (reversal), penurunan dapat mencapai US$ 2.893 sebagai target terdekat.
Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang ada, prospek jangka pendek emas masih cenderung bullish. Emas berpeluang mencapai level lebih tinggi, jika tekanan terhadap dolar AS berlanjut dan ketidakpastian global meningkat.
‘’Namun, volatilitas tetap menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh investor, karena perubahan sentimen pasar yang mendadak dapat memicu koreksi harga yang signifikan,’’ pungkas Andy.
Selanjutnya: Inilah Waktu Buka Puasa Kota Jayapura Terbaru Senin 10 Maret 2025 di Bulan Ramadan
Menarik Dibaca: Kumpulan Gift Code Ojol The Game 10 Maret 2025 Terbaru dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News