Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas diproyeksikan akan terus menanjak hingga akhir tahun 2025. Status safe haven pada aset logam mulia ini semakin kokoh dan sulit kembali menyentuh di bawah level US$ 3.000 per ons troi.
Menurut data Bloomberg, harga emas spot terpantau telah naik 1,35% dalam sepekan. Per Selasa (3/6) harga emas bertengger di level US$ 3.362 per ons troi, turun 0,56% dari level kemarin. Adapun harga emas batangan Antam melesat tipis 0,88% dalam sepekan menjadi Rp 1.940.000 per gram.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga emas pada pekan ini tidak terlepas dari polemik kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif sebesar 50% pada komoditas baja dan aluminium.
Baca Juga: Harga Emas Spot Terkoreksi dari Level Tertinggi 4 Pekan ke US$ 3.355,7 Selasa (3/6)
Alhasil, dolar AS kembali berguguran pada awal pekan ini. Bahkan keterpurukan mata uang ini sudah terlihat sejak awal tahun 2025. Indeks dolar (DXY) yang memantau pergerakan mata uang dolar terhadap sejumlah mata uang utama terpantau turun lebih dari 9% secara year to date (ytd).
"Sehingga, status emas sebagai aset safe haven semakin diperkuat dengan menurunnya kepercayaan investor terhadap dolar AS yang semula juga dipandang sebagai safe haven," tutur Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (03/6).
Menurut Lukman, selama perseteruan tarif, tensi geopolitik di Timur Tengah dan perang di Ukraina masih berlangsung, maka harga emas masih akan terus mununjukkan tren kenaikan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Guru Besar Keuangan dan Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy. Menurutnya, keberlangsungan tren reli ini akan bersandar pada sentimen negatif tersebut, yang pada gilirannya menjadi ancaman resesi bagi AS.
Baca Juga: Tips Menabung Emas Bagi Pemula dan Cara Membeli Emas Antam Online
Budi menyebutkan bahwa kenaikan harga emas juga didorong oleh aksi borong emas bank sentral di seluruh dunia. People’s Bank of China (PboC) misalnya, melaporkan telah menambah 13 ton pada cadangan emasnya di kuartal l - 2025.
Tidak hanya China, sejumlah negara lainnya juga berbondong-bondong melakukan diversifikasi mata uang dolar AS ke dalam emas.