Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Harga emas mengalami penurunan tajam pada hari Selasa (25/2/2025), mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu.
Pelemahan ini terjadi setelah aksi jual oleh investor yang membukukan keuntungan setelah harga emas menyentuh rekor tertinggi pada sesi sebelumnya. Kekhawatiran terhadap ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump turut membayangi pasar.
Melansir Reuters, Harga emas spot turun 1,4% menjadi US$ 2.909,59 per ons pada pukul 01:46 pagi waktu setempat, setelah sempat menyentuh level terendah sejak 17 Februari di awal sesi.
Baca Juga: Harga Emas Anjlok Lebih dari 1% Karena Ambil Untung & Pilihan Menteri Keuangan Trump
Sehari sebelumnya, harga emas mencatatkan level tertinggi di US$ 2.956,15. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup dengan pelemahan 1,5% pada US$ 2.918,80.
Menurut Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, penurunan harga ini didorong oleh aksi ambil untung serta pergerakan investor yang ingin keluar sementara untuk membangun kembali posisi pada harga yang lebih rendah.
Sepanjang tahun ini, emas sebagai aset safe haven telah mencapai sebelas rekor tertinggi, bahkan melampaui batas psikologis US$ 2.950 per ons.
Di sisi lain, kebijakan tarif AS terus menjadi perhatian utama. Trump menegaskan pada hari Senin bahwa tarif impor dari Kanada dan Meksiko tetap akan diberlakukan sesuai jadwal meskipun kedua negara telah berupaya meningkatkan keamanan perbatasan dan menghentikan aliran fentanil ke AS menjelang tenggat waktu 4 Maret.
Baca Juga: Harga Emas Didekat Level Tertinggi Sebulan, Investor Beralih pada Safe Haven
Peter Grant, wakil presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyatakan bahwa meskipun harga emas mengalami penurunan, ketidakpastian yang masih membayangi perdagangan global tetap membuka peluang bagi investor untuk kembali melakukan pembelian pada level yang lebih rendah.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa spekulan emas memangkas posisi beli bersih mereka sebanyak 13.605 kontrak menjadi 201.962 dalam sepekan hingga 18 Februari.
Investor kini juga mencermati kebijakan moneter Federal Reserve AS, yang diperkirakan akan merespons perubahan inflasi dan pasar tenaga kerja dengan langkah yang lebih tegas dan sistematis, sebagaimana diungkapkan dalam penelitian yang dirilis oleh San Francisco Fed pada hari Senin.
Inflasi yang lebih tinggi berpotensi mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang pada akhirnya dapat mengurangi daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Baca Juga: Tersandung Sentimen Negatif, Investor Ambil Untung di Saham Bank
Para investor kini menantikan rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada hari Jumat, yang merupakan indikator inflasi pilihan The Fed, guna mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga dan moneter.
Selain emas, harga logam lainnya juga mengalami tekanan. Harga perak spot turun 2,3% menjadi $31,61 per ons, platinum melemah 0,5% menjadi $962,15 per ons, dan paladium turun 1,9% menjadi $922,39 per ons.
Harga platinum dan paladium bahkan sempat mencapai level terendah sejak 30 Januari dan 9 Januari, masing-masing, di awal sesi perdagangan.
Selanjutnya: IHSG Ambrol ke 6.587 Hari Ini (25/2), Saham-Saham Ini Banyak Dijual Asing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
