Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus membaik belakangan ini. Dengan tren positif harga CPO belakangan ini, disinyalir akan memberi dampak positif terhadap kinerja emiten perkebunan, salah satunya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Hal ini tercermin dari kinerja AALI pada kuartal III-2020 lalu, Astra Agro berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,2 triliun atau tumbuh 9,9% secara year on year (yoy). Emiten kebun Grup Astra ini mengantongi laba bersih Rp 191 miliar atau meroket 182,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis Sinarmas Sekuritas Andrianto Saputra dalam risetnya pada 02 November menuliskan, kenaikan tersebut tidak terlepas dari lebih tingginya harga jual rata-rata CPO yang sebesar Rp 8,376 per kilogram (kg) atau naik 14,6% secara kuartalan. Padahal, volume penjualan CPO AALI justru hanya 346.900 ton atau turun 13,9% secara kuartalan.
“Jika dihitung sejak awal tahun hingga akhir Oktober, AALI telah membukukan pendapatan Rp 13,3 triliun dengan laba bersih Rp 583 miliar. Jumlah tersebut, masing-masing baru memenuhi proyeksi kami 70% & 57% untuk tahun ini,” tulis Andrianto.
Baca Juga: Harga CPO bangkit, simak rekomendasi saham emiten perkebunan berikut
Andrianto menambahkan, pada kuartal ketiga 2020, produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO milik AALI turun menjadi hanya masing-masing 1,1 juta ton dan 0,3 juta ton sehingga membuat jumlah produksi pada tahun berjalan baru 3,4 juta ton dan 1 juta ton. Menurut dia, penurunan produksi tersebut seiring dengan musim kemarau berkepanjangan, lebih rendahnya pembelian TBS, dan kurangnya pemupukan yang dilakukan AALI pada 2018 dan 2019.
Lebih lanjut, dengan rendahnya produksi TBS AALI secara umum, Andrianto memperkirakan TBS AALI yang dibeli dari pihak ketiga masih akan turun hingga semester pertama tahun depan. Sementara para kompetitor justru bersaing dengan cara membeli lebih banyak TBS dari pihak ketiga untuk memaksimalkan produktivitas pabriknya.
Oleh sebab itu, Andrianto menurunkan proyeksi pembelian TBS AALI turun dari 2,6 juta ton menjadi 2,4 juta ton pada tahun ini, sedangkan untuk tahun depan dari 2,8 juta ton jadi 2,6 juta ton. Alhasil, proyeksi produktivitas pabrik AALI pun turun dari 70,6% pada tahun ini menjadi 69,5%. Sedangkan untuk tahun depan dari 75,4% menjadi 72,9%.
Baca Juga: Tarif bea keluar CPO bakal naik dengan skema progresif, berikut respons AALI dan MGRO
“Namun, AALI akan diuntungkan oleh rally kenaikan harga CPO seiring pemulihan permintaan dari India dan implementasi B30. Selain itu, badai La Nina di Sumatra dan Kalimantan juga berpotensi membatasi pasokan CPO. Oleh karena itu, kami memperkirakan tingginya harga CPO akan bertahan setidaknya hingga semester I-2021,” tambah Andrianto.
Berdasarkan hitungan Andrianto, setiap perubahan sebesar 1% pada harga CPO akan mengubah proyeksi pendapatan AALI sebesar 11,4%. Sementara setiap perubahan 1% pada volume penjualan CPO akan mengubah proyeksi pendapatan sebesar 2,4%.
Andrianto pun memperkirakan pendapatan AALI pada tahun ini akan sebesar Rp 19,06 triliun dengan laba bersih Rp 1,02 triliun. Adapun untuk tahun depan sebesar Rp 19,34 triliun dengan laba bersih Rp 1,11 triliun.
“Dengan outlook CPO yang membaik serta valuasi AALI yang masih menarik, kami merekomendasikan untuk beli AALI dengan target harga Rp 13.000,” pungkas Andrianto. Harga saham AALI turun 1,79% menjadi Rp 10.975 per saham.
Baca Juga: Analis Philip Sekuritas rekomendasikan buy saham AALI dan LSIP, ini penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News