kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO terjun bebas


Kamis, 16 Juni 2016 / 08:00 WIB
Harga CPO terjun bebas


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Penurunan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih berlanjut. Ini sudah berlangsung delapan hari terakhir dan jadi rekor penurunan terpanjang sejak Agustus 2014.

Mengutip Bloomberg, Rabu (15/6) WIB harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2016 di Malaysia Derivative Exchange tergerus 1,61% menjadi RM 2.441 per metrik ton. Bahkan, sepekan harga melorot 5,71%.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo mengatakan, penurunan karena peralihan risiko yang dilakukan pelaku pasar menjelang pertemuan FOMC. Di saat bersamaan nilai tukar ringgit malah menguat di hadapan USD. Tentu semakin menambah beban CPO.

Belum lagi, laporan produksi CPO Malaysia bulan Mei 2016 malah naik dan akhirnya menjadi katalis negatif pada harga CPO. "Tapi diperkirakan tidak menembus ke bawah RM 2.400 per metrik ton," kata Wahyu, kemarin.

Asal tahu saja, berdasarkan laporan Malaysia Palm Oil Board, produksi CPO Malaysia pada Mei 2016 melesat 4,9% menjadi 1,36 juta ton.

Faktor penghambat laju CPO juga berasal dari penurunan harga minyak kedelai. Pasalnya, harga minyak kedelai kian murah, memicu pelaku pasar cenderung memilihnya ketimbang CPO yang harganya tinggi.

"Musim puncak permintaan tinggi menjelang Ramadan sudah berakhir, jadi fundamental yang positif lagi mereda dan harga digempur katalis negatif," tutur Wahyu.

Tren bisa bullish

Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, tekanan harga CPO juga berasal dari penurunan permintaan India. Impor CPO India Mei 2016 jatuh ke level 657.454 ton. Padahal pada Mei 2015 mencapai 907.347 ton.

"Belum lagi keputusan Pemerintah Malaysia menaikkan pajak impor CPO turut membebani harga," jelasnya. Hasil FOMC diprediksi bakal menjadi sentimen utama pergerakan CPO.

Jika The Fed menahan suku bunga atau lemparkan pernyataan dovish, dipastikan harganya tertekan menyusul penguatan ringgit. Namun jika sebaliknya, bukan tidak mungkin CPO bisa dapat ruang rebound sementara. Karena secara fundamental, CPO masih dilingkupi oleh segerobak katalis positif. Mulai ekspor yang masih tinggi dan cadangan yang belum pulih ke level normal.

"Alhasil harga tetap akan naik ke kisaran RM 2.800-RM 3.000 per metrik ton," tebak Deddy.

Wahyu menyebut, pergerakan CPO pada Kamis (16/6) berpeluang mengalami koreksi lanjutan. Deddy sepakat, penurunan harga Kamis (16/6) masih berpotensi terjadi.

Tidak hanya dari sisi fundamental, tapi juga teknikal. Harga bergulir di bawah MA 50 dan 100 mengindikasikan penurunan lanjutan. Garis MACD di area negatif berpola downtrend. Dilanjutkan dengan stochastic level 26 dan relative strength index (RSI) level 32 yang terus menukik ke bawah.

Untuk itu, proyeksi Deddy, Kamis (16/6) harga CPO turun ke RM 2.400-RM 2.575 per metrik ton. Sedangkan prediksi Wahyu, harga CPO antara RM 2.400-RM 2.580 per metrik ton dalam sepekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×