kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO masuk tren konsolidasi


Sabtu, 24 Maret 2018 / 14:35 WIB
Harga CPO masuk tren konsolidasi


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menyangkut pemberlakuan tarif impor bakal mempengaruhi pergerakan harga komoditas, termasuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2018 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,90% menjadi RM 2.428 per metrik ton. Namun dalam sepekan, harga CPO terangkat 0,50%.

Perang dagang diprediksi semakin panas usai China mengancam akan memberlakukan tarif impor senilai
US$ 3 miliar untuk produk asal Negeri Paman Sam. Salah satu produk yang terancam adalah kedelai. “Selama ini saingan CPO adalah minyak kedelai dan China merupakan importir terbesar,” papar Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, kemarin.

Jika China memberlakukan tarif impor pada minyak kedelai AS, maka pintu CPO untuk menguasai pasar Negeri Tirai Bambu semakin lebar.

Namun, meski berpeluang menjadi sentimen positif, Deddy mengingatkan, bisa saja ketika China juga menerapkan tarif impor serupa ke semua negara, maka ini berbalik menjadi sentimen negatif bagi negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia. Biaya yang lebih tinggi akan menekan jumlah ekspor.

Sementara, di lain pihak, analis Monex Investindo Futures Faisyal cenderung melihat ancaman perang dagang tidak akan berpengaruh besar bagi pergerakan harga CPO. Menurut dia, persoalan tarif impor jauh lebih berpengaruh terhadap harga baja, aluminium dan produk hasil kekayaan intelektual.

Lebih lanjut, Deddy menuturkan, saat ini harga CPO masuk fase konsolidasi. Di satu sisi harga tertekan karena kekhawatiran ancaman perang dagang. Apalagi Uni Eropa tengah mengkaji penerapan kebijakan serupa.

Di sisi lain, sentimen positif datang setelah ekspor Malaysia membaik. Pada periode 1-20 Maret 2018, ekspor negeri jiran tersebut tercatat naik 13,6% menjadi 926.185 metrik ton. “Ini memberi sinyal positif bagi CPO,” terang Deddy.

Tapi potensi kenaikan produksi CPO Malaysia masih membayangi pergerakan harga. Malaysian Palm Oil Board merilis, produksi minyak sawit untuk periode 1-20 Maret tercatat naik 36,4% dari bulan sebelumnya.

Tekanan terhadap harga semakin berat dengan rencana Malaysia untuk mulai memberlakukan pajak impor CPO sebesar 5% pada bulan April nanti. Hal ini berpotensi meningkatkan pasokan di pasar sekitar 15%-20% dalam jangka menengah. “Selama ini kan India sudah menerapkan tarif impor yang tinggi,” ujar Faisyal.

Sejak beberapa bulan lalu, India sudah memberlakukan tarif pajak yang lebih tinggi. Pajak impor CPO naik dari 30% menjadi 44%. Tarif impor untuk CPO olahan juga naik dari 40% menjadi 54%.

Padahal CPO sempat mendapat angin segar setelah pemerintah Indonesia memenangi gugatan atas keputusan biodiesel Uni Eropa. Indonesia menang lantaran pengecualian itu hanya berlaku untuk Indonesia saja. Padahal Malaysia juga banyak memasok CPO ke berbagai negara di dunia.

Tapi Faisyal optimistis harga CPO di kuartal dua akan membaik seiring masa Lebaran. Biasanya permintaan CPO sudah mulai naik menjelang bulan puasa.

Faisyal memprediksi, di awal pekan ini, harga CPO berada di rentang RM 2.415–RM 2.475 per metrik ton. Sedangkan menurut perhitungan Deddy, dalam sepekan ke depan harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.400–RM 2.470 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×