kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga CPO diproyeksikan akan kembali menguat pada paruh kedua tahun ini


Jumat, 18 Juni 2021 / 08:42 WIB
Harga CPO diproyeksikan akan kembali menguat pada paruh kedua tahun ini
ILUSTRASI. Pekerja memindahkan tandan buah segar (TBS) sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau,


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) Malaysia masih belum keluar dari tren pelemahan. Pada perdagangan kemarin, Kamis (17/6/), harga CPO kontrak September 2021 di Bursa Malaysia Derivative Exchange ditransaksikan melemah 0,24% ke RM 3.396/ton.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, salah satu faktor pemicu pelemahan harga CPO adalah pernyataan dari Bank Sentral AS yang akan menaikkan suku bunga acuan pada 2023 mendatang.

Pernyataan tersebut membuat dolar AS mengalami penguatan yang pada akhirnya melemahkan ringgit Malaysia dan harga CPO.

Baca Juga: Diselimuti sentimen negatif, harga CPO masih berada dalam tren pelemahan

“Di satu sisi, ekspor minyak kacang kedelai di AS, Eropa, hingga India kompak turun signifikan. Ini menandakan adanya pelemahan permintaan, Ditambah lagi harga CPO memang sudah terlalu tinggi, pada akhirnya koreksi merupakan hal yang wajar,” ujar Ibrahim ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/6).

Tak hanya itu, diproyeksikan ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-15 Juni 2021 diestimasi turun 7,9% dibanding bulan sebelumnya 657.474 ton oleh Societe Generale de Surveillance, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Avtar Sandu, manajer komoditas senior di Phillip Futures, dalam sebuah catatan penelitian pada 14 Juni, mengaitkan pelemahan minyak kedelai berjangka baru-baru ini dengan kekhawatiran bahwa persyaratan pencampuran biofuel di Amerika Serikat akan dipotong oleh Badan Perlindungan Lingkungan.

Di sisi lain hujan yang melintasi bagian Midwest Amerika juga dapat meningkatkan pasokan, sehingga membuat harga memang rawan mengalami koreksi.

Beberapa pengamat pasar juga menunjukkan bahwa situasi Covid-19 di India dapat mengurangi permintaan. India adalah importir utama CPO, dan memiliki pengaruh besar pada harga pasarnya.

Baca Juga: Berpotensi sebagai sumber energi. Indonesia memiliki kekayaan berupa minyak jelantah

Kendati begitu, Ibrahim melihat harga CPO akan sedikit membaik ketika memasuki paruh kedua tahun ini. Menurutnya, permintaan terhadap CPO akan jauh lebih baik pada semester II-2021 mendatang, khususnya pada kuartal IV-2021.

Lockdown di India kemungkinan sudah berakhir, permintaan dari AS, negara Eropa dan Timur Tengah juga akan mulai naik. Di satu sisi, saat harga CPO rendah seperti sekarang, biasanya produksi biodiesel akan ditingkatkan, sehingga akan menyerap pasokan yang ada, dan membuat harga CPO jauh lebih stabil,” imbuh Ibrahim.

Ibrahim menambahkan, penguatan minyak mentah juga akan menjadi pendorong penguatan harga CPO. Oleh karena itu, ia memproyeksikan, pada akhir tahun nanti, harga CPO akan bergerak pada rentang RM 3.800 - RM 4.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×