Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) diproyeksi menguat di tahun 2025. Penguatan harga CPO ini didukung oleh peralihan ke biodesel yang mendorong permintaan CPO, hingga imbas dari kebijakan pemerintah Donald Trump.
Berdasarkan Traading Economics, Selasa (26/11) pukul 16.06 WIB, harga minyak CPO menguat 1,45% ke level MYR 4.764 per metrik ton. Dalam sepekan, harga CPO menguat 2,67% dan mengakhir koreksi ke level terendah dalam tiga minggu.
Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, penurunan harga CPO di pekan lalu karena kekhawatiran adanya kelebihan pasokan, pelemahan harga minyak kedelai, serta sentimen negatif terkait kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Trump. Hal ini bagian dari fluktuasi harga.
Tetapi ke depan, Wahyu memandang, minyak CPO masih punya prospek yang baik.
"Seiring dengan harga CPO yang memuncak, sehingga koreksi wajar terjadi dan belum mengubah arah yang masih lumayan bullish untuk medium term ini," kata Wahyu kepada KONTAN, Sini (25/11).
Baca Juga: Program B40 Jadi Katalis Positif Emiten Sawit, Cermati Rekomendasi Sahamnya
Proyeksi ini ditopang oleh kekhawatiran geopolitik akibat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina, yang dinilai memiliki dampak lebih besar.
Peningkatan konflik antara Rusia dan Ukraina diperkirakan akan mendorong kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak ini berpotensi meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit sebagai alternatif yang lebih terjangkau untuk bahan baku biodiesel. Akibatnya, kondisi ini diproyeksikan akan memberikan dorongan positif terhadap penguatan harga CPO.
Ditambah lagi, dalam beberapa pekan atau bulan ke depan akan memasuki musim produksi rendah.
Di sisi lain, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, kondisi ekonomi yang membaik di negara-negara pengimpor utama, seperti China dan India turut menopang harga.
Dengan demikian peningkatan konsumsi pun akan terjadi, termasuk pada produk berbasis minyak kelapa sawit.
"Secara keseluruhan, prospek CPO pada tahun 2025 terlihat positif. Minyak Sawit diperkirakan akan diperdagangkan pada 4.968,00 MYR/MT awal tahun," katanya kepada KONTAN, Senin (26/11) .
Di sisi lain, dengan meningkatnya permintaan biodiesel dan produk minyak kelapa sawit lainnya telah mendukung harga. Pasar pun telah menyesuaikan diri dengan kondisi kelebihan pasokan sebelumnya, sehingga harga menjadi stabil.
Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan tahun depan kebijakan tarif dari Pemerintahan Trump juga akan memengaruhi pergerakan minyak kelapa sawit. Ditambah lagi dolar diperkirakan masih menguat tahun depan, dengan demikian ringgit akan tertekan.
Baca Juga: Simak Ini Serangkaian Katalis Positif dan Rekomendasi Saham Emiten CPO Tahun 2025
"Hal ini akan mendukung harga CPO yang dihitung dalam MYR," katanya kepada KONTAN, Senin (25/11).
Selain itu China diperkirakan bakal terus menambahkan stimulus untuk menghadapi pemerintahan Trump periode kedua. Di tambah potensi perang dagang akan menahan atau malah menekan harga. Lukman pun memproyeksi harga CPO diperkirakan di sekitar MYR 4.000 per metrik ton pada awal tahun depan.
Sedangkan Wahyu memproyeksi CPO berpotensi naik menguji MYR 5.500 per metrik ton, tetapi untuk konsolidasi wajarnya ada di kisaran MYR 4.000 per sampai MYR 4.500 per metrik ton.
Selanjutnya: Simak Rekomendasi Teknikal SMDR, BRIS, dan CMRY untuk Perdagangan Kamis (28/11)
Menarik Dibaca: Muncul Memar? Ini 5 Efek Kekurangan Vitamin C pada Kulit yang Harus Anda Tahu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News