kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO diprediksi masih tinggi di tahun depan, saham Astra Agro (AALI) prospektif


Selasa, 17 November 2020 / 19:03 WIB
Harga CPO diprediksi masih tinggi di tahun depan, saham Astra Agro (AALI) prospektif
ILUSTRASI. Harga jual rata-rata CPO Astra Agro Lestari (AALI) dapat naik ke level Rp 8.500 per kilogram di semester kedua ini.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus membaik belakangan ini. Bahkan, diperkirakan tren positif harga CPO masih akan terus berlanjut pada tahun depan. Hal ini berpotensi menjadi katalis positif untuk kinerja emiten perkebunan, salah satunya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Merujuk Bloomberg, Selasa (17/11), harga CPO kontrak pengiriman Januari berada di level RM 3.278 per ton. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery menilai harga CPO kemungkinan masih akan bertahan di atas level RM 3.000 per ton hingga akhir tahun. Dia pun meyakini hal ini membuat saham AALI masih cukup prospektif.

“Di tengah adanya penurunan produksi maupun cadangan CPO akibat adanya fenomena La Nina akan membuat harga CPO tetap tinggi. Peningkatan pada harga CPO ini pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan harga jual rata-rata CPO dari AALI,” kata Michael kepada Kontan.co.id, Selasa (17/11).

Dengan tren positif tersebut, Michael pun merevisi proyeksi target harga rata-rata CPO di tahun ini dari RM 2.500 per ton menjadi RM 2.600 per ton. Namun, di tengah kenaikan harga CPO, Michael menyebut produktivitas lahan AALI justru berpotensi turun.

Baca Juga: Harga CPO terus naik, kinerja Astra Agro Lestari (AALI) pun ikut terdongkrak

Pasalnya, dengan cuaca kering berkepanjangan pada tahun lalu serta adanya La Nina di tahun ini, produktivitas lahan AALI pun tergerus. Ia memperkirakan akan turun sekitar 16% secara year on year (yoy) menjadi 1,37 juta ton.

AALI disebut sebagai emiten yang pendapatannya cukup sensitif terhadap perubahan harga CPO. Michael mengasumsikan fenomena La Nina masih akan berlanjut di tahun depan, sehingga tekanan pada produksi CPO masih akan berlanjut dan ruang untuk menguatnya harga CPO masih tersedia. Belum lagi, keberlanjutan program B30 pada tahun depan akan meningkatkan penyerapan CPO domestik, sehingga semakin mendukung kenaikan harga CPO.

Apalagi pada tahun depan pemerintah berencana meningkatkan tarif bea keluar dengan skema progresif terhadap CPO dan produk turunannya. Menurut Michael ini akan meningkatkan proporsi beban pajak ekspor AALI. 

Baca Juga: Harga CPO menguat, simak rekomendasi saham emiten perkebunan dari analis berikut

Namun, kebijakan yang ditujukan untuk pengembangan program biodiesel ini pada akhirnya bisa mendongkrak penyerapan CPO dalam negeri. Dus, Michael memperkirakan rata-rata harga CPO tahun depan menyentuh level RM 2.700 per ton. 

“Dengan adanya peningkatan harga CPO di paruh kedua tahun ini, kami perkirakan harga jual rata-rata CPO dari AALI dapat meningkat ke level Rp 8.500 per kilogram (kg). Dengan asumsi target produksi CPO di tahun ini sebesar 1,37 juta ton, maka kami prediksikan pendapatan dari AALI hingga akhir tahun 2020 sebesar Rp 18,1 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 702,3 miliar,” tandas Michael.

Michael pun merekomendasikan untuk tetap beli saham AALI dengan target harga Rp 14.400 per saham. Sementara analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 19.500 per saham. Adapun saham AALI diperdagangkan turun 1,79% ke Rp 10.975 pada perdagangan Selasa (17/11).

Baca Juga: Analis Philip Sekuritas rekomendasikan buy saham AALI dan LSIP, ini penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×