Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga uang kripto Bitcoin pada perdagangan hari ini, Kamis 22 Juni 2022 kembali turun dibandingkan sehari sebelumnya. Meski harga kembali turun, analis mengingatkan sekarang belum saatnya masuk investasi kripto seperti Bitcoin karena harga berpotensi turun lebih dalam.
Harga uang kripto Bitcoin pada perdagangan hari ini, Kamis 23 Juni 2022 pukul 13.15 berada di level US$ 20.323,04, turun 0,42% dalam 24 jam terakhir.
Pada saat bersamaan, harga Ethereum / ETH turun 1,17% ke level US$ 1.083,80. Harga uang kripto Binance / BNB naik 5,8% ke level US$ 209,09.
Mengutip Kompas.com, harga uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin atau BTC, diperkirakan bisa mengalami penurunan hingga level US$ 13.000 per koin atau tepatnya Rp 193,2 juta (kurs Rp 14.862 per dollar AS).
Melansir CNBC, kepala investasi Absolute Strategy Research Ian Harnett mengungkapkan, penurunan harga uang kripto Bitcoin yang hampir mencapai 40 persen tersebut, kemungkinan akan terjadi. Hal ini mengingat kondisi pasar kripto yang cenderung dalam posisi bearsih.
“Ini benar-benar permainan likuiditas. Yang kami temukan bukanlah mata uang, atau komoditas, dan tentu saja (kripto) bukan sesuatu yang bisa menyimpan nilai. Kami masih akan menjual aset kripto semacam ini,” kata Harnett, Rabu (22/6/2022).
Baca Juga: Pasar Kripto Belum Bergerak Optimal, Bitcoin Masih Betah Di Level US$ 20.000
Harnett menjelaskan, dalam reli kripto sebelumnya, harga Bitcoin turun sekitar 80 persen dari posisi tertingginya sepanjang masa. Pada tahun 2018 misalnya, harga Bitcoin anjlok ke posisi US$ 3.000, setelah mencapai puncaknya hampir US$ 20.000 pada akhir 2017.
Harga Bitcoin turun seperti itu menurut Harnett akan terjadi juga pada tahun 2022. Dia mengatakan, posisi yang diperkirakan menjadi yang terendah sejak tahun 2021, adalah di level US$ 13.000 per koin.
“Ini akan membawa Anda kembali ke sekitar 13.000 dollar AS per koin setelah Bitcoin naik ke rekor tertinggi hampir menyentuh 69.000 dollar AS per koin, pada tahun 2021,” lanjutnya.
Harnett mengatakan, kondisi pasar yang bearish saat ini terjadi karena AS tengah berjuang melawan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed. Hal inilah yang kemudian mengurangi kepercayaan pasar, dan mendorong penurunan pada kinerja pasar kripto.
“Likuiditas yang melimpah mendorong bitcoin bekerja dengan baik. Tapi ketika likuiditas itu diambil, dan itulah yang dilakukan bank sentral saat ini, maka Anda melihat pasar berada di bawah tekanan ekstrem,” jelas Harnett.
Harnett mengatakan, saat ini aset kripto juga telah berada di ujung tanduk, ketika investor bergulat dengan dampak suku bunga yang lebih tinggi di era kebijakan moneter yang sangat longgar.
Pekan lalu, Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pinjaman sebesar 75 basis poin, kenaikan ini menajdi yang tertinggi sejak 1994. Keputusan dari Fed ditindaklanjuti dengan langkah serupa dari Bank of England dan Swiss National Bank.
Hal tersebut dinilai akan berdampak pada aset digital. Nilai gabungan dari semua aset kripto bahkan turun tajam lebih dari 350 miliar dollar AS dalam dua minggu terakhir. “Pasar kripto sudah goyah sebelum kenaikan suku bunga Fed minggu lalu, dengan isu yang masih hangat, yakni runtuhnya stablecoin terraUSD sebesar US$ 60 miliar dollar AS, dan LUNA,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News