Reporter: Adi Wikanto, Hikma Dirgantara | Editor: Adi Wikanto
Kendari begitu, Vinsensius mengaku cukup sulit melihat prospek aset-aset tersebut secara jangka panjang. Pasalnya, seluruh aset kripto yang ada baik sebagai sebuah produk dan utilitas, sangat bergantung pada kegunaan kripto itu sendiri. Dengan kata lain, keluasan dan nilainya juga bergantung pada jumlah penggunanya .
Oleh karena itu, menurutnya, salah satu indikator yang bisa dijadikan pertimbangan adalah jika penggunanya banyak dan diiringi volume yang besar dan bidang utilitasnya juga bagus, maka hal tersebut bisa jadi basis pertimbangan yang baik.
“Hanya saja, kebanyakan pengguna kripto kebanyakan "agak ragu" dengan nilai tambah, potensi masa depan dari kripto-kripto lokal. Pasalnya, pengguna lebih suka kripto di luar negeri yang sudah jelas biaya marketingnya, use case, kemitraan dll,” imbuh Vinsensius.
Baca Juga: Pasca fit and proper test calon direksi, ini update pembentukan bursa aset kripto
Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk para trader dan investor sebaiknya harus tetap berhati-hati dan memasang sikap skeptis dulu terhadap aset kripto yang ada, termasuk buatan lokal. Dimulai dengan pelajari baik-baik potensinya, apakah ada potensi scam atau tidak dan pastikan pasar kriptonya juga likuid, sehingga mudah untuk menjual dan membeli.
“Selain use case-nya, saya pikir harus melihat dari member atau pengguna yang dominan artinya kapitalisasinya juga harus besar. Terus harus tetap hati-hati karena tidak menutup kemungkinan tindakan penipuan,” Sutopo menambahkan.
Itulah perkembangan harga uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu serta prospek crypto currency buatan lokal. Ingat, uang kripto adalah produk investasi yang penuh risiko. Pelajari sebelum membeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News