Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aset kripto terkoreksi seiring penghindaran risiko di pasar keuangan global. Penurunan harga aset digital ini menyusul ramainya likuidasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Mengutip Coinmarketcap, Sabtu (13/4) pukul 13.30 WIB, harga Bitcoin (BTC) turun sekitar 4,91% dalam 24 jam terakhir ke level US$ 67.377.
Sementara harga Ethereum (ETH) terkoreksi sekitar 7,64% ke level US$ 3.262, sedangkan Solana (SOL) turun sekitar 12,56% ke level US$ 152.34 dalam 24 jam terakhir.
Adapun pasar kripto alami likuidasi lebih dari US$ 937 juta atau setara dengan Rp 15 triliun dalam 24 jam terakhir berdasarkan data dari Coinglass, Sabtu (13/4). Posisi LONG di pasar derivatif mengalami likuidasi terbanyak sebesar US$ 825 juta atau setara dengan Rp 13,29 triliun.
Baca Juga: Mendekati Halving, Harga Bitcoin Solid di Atas US$ 70.000
Penurunan aset kripto ini terjadi karena ada kekhawatiran akan serangan balasan dari Iran ke Israel. Dimana banyak negara yang telah melarang masyarakatnya untuk bepergian ke Israel untuk sementara waktu.
Di samping itu, kehancuran harga kripto terjadi ketika pasar saham Amerika Serikat (AS) anjlok selama sesi perdagangan AS, beberapa hari setelah data baru menunjukkan bahwa inflasi meningkat selama tiga bulan berturut-turut.
Data Consumer Price Index (CPI) AS yang lebih tinggi dari perkiraan semakin memupuskan harapan penurunan suku bunga The Fed tahun ini di tengah kekhawatiran bahwa kemajuan mungkin terhambat dalam mengendalikan kenaikan harga.
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan pada tanggal 12 April bahwa inflasi yang berkelanjutan, ketegangan geopolitik dan upaya pengetatan kuantitatif The Fed mengancam prospek ekonomi yang positif.
Baca Juga: Waspada! Nilai Penipuan Investasi Kripto Menembus Rekor di 2023
“Kami belum pernah benar-benar merasakan dampak penuh dari pengetatan kuantitatif pada skala ini,” kata Dimon seperti dikutip dari Cointelegraph, Sabtu (13/4).
Selain itu, Dimon menambahkan, pasar kemungkinan akan terbebani oleh persistensinya tekanan inflasi, yang kemungkinan besar akan terus berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News