Sumber: CoinDesk | Editor: S.S. Kurniawan
Matthew Dibb, Chief Operating Officer Stack Funds, mengatakan, sejak peluncuran ETF ProShares, telah terjadi gelombang besar partisipasi investor ritel.
Pendanaan untuk pasar berjangka meningkat, tetapi tidak pada tingkat tinggi yang terlihat di awal tahun ini. “Target kami selanjutnya di spot BTC adalah US$ 80.000 dalam jangka pendek,” kata Dibb, seperti dikutip CoinDesk.
“Saya tidak akan terkejut jika kita melihat Bitcoin naik menuju US$ 100.000 pada kuartal keempat tahun 2021 atau kuartal pertama tahun 2022,” sebut Ulrik Lykke, Pendiri ARK36, seperti dilansir CoinDesk.
Hanya, Samuel Indyk, Analis Investing.com, mengingatkan, seperti yang terjadi di masa lalu, ketika peristiwa besar di pasar kripto terjadi, koreksi harga mungkin terjadi:
“Misalnya, ketika kontrak berjangka Bitcoin diluncurkan di Chicago Mercantile Exchange (CME) pada 2017, pasar bearish terjadi tak lama setelah itu, dan butuh hampir tiga tahun untuk harga pulih,” ungkapnya, seperti dikutip CoinDesk.
Mengacu data CoinDesk, pada Kamis (21/10), harga Bitcoin melorot dari posisi tertinggi sepanjang masa. Pukul 11.12 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 64.954,9 atau naik 1,66% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.
Selanjutnya: Tembus US$ 64.000, sejengkal lagi harga Bitcoin ukir rekor tertinggi sepanjang masa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News