kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara turun, diversifikasi bisnis menopang Adaro Energy (ADRO)


Jumat, 14 Februari 2020 / 07:15 WIB
Harga batubara turun, diversifikasi bisnis menopang Adaro Energy (ADRO)


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memanfaatkan diversifikasi bisnis untuk menjaga stabilitas kinerja saat harga batubara dalam tren menurun.  

Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus memproyeksikan harga batubara di tahun ini belum pulih benar. Alhasil, kinerja industri batubara masih akan mendapat tekanan dari menurunnya harga emas hitam tersebut.

Mengutip Bloomberg, harga batubara untuk kontrak pengiriman April 2020 di ICE New Coal, Rabu (12/2), berada di US$ 70,25 per metrik ton. Harga tersebut cenderung turun bila dibandingkan harga pada 16 September 2019 yang sempat menyentuh level tertinggi di US$ 77,75 per metrik ton.

Baca Juga: Revisi UU Minerba ditarget rampung Agustus, untuk akomodasi perpanjangan PKP2B?

Jika di sepanjang kuartal III-2019, kinerja ADRO cukup stabil karena volume penjualan tumbuh, Juan memproyeksikan, permintaan batubara di tahun ini berpotensi menurun karena impor China akan batubara menurun akbat persediaan dan produksi batubara di sana masih tinggi.

Sekedar catatan, pendapatan ADRO di kuartal III-2019 mencapai US$ 2,65 miliar, turun tipis dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 2,67 miliar. Di periode yang sama, volume penjualan ADRO naik 14% secara tahunan menjadi 44,66 juta ton. Kinerja tetap stabil meski harga jual rata-rata turun 13% akibat melemahnya harga batubara.

Senada, Catherina Vincentia Research Associate MNC Sekuritas mengatakan, penurunan permintaan batubara dari China menjadi tantangan bagi kinerja ADRO. Dalam risetnya, Catherina mengutip laporan Bank Dunia yang memproyeksikan permintaan batubara global menurun 1,17% secara tahunan di tahun ini.

Sementara, penurunan permintaan terbesar datang dari China dengan turun 13,33% secara tahunan. Di sisi lain, permintaan dari India dan kawasan Asia lainnya naik tetapi tidak signifikan.

Catherina memproyeksikan, ekspor batubara ADRO ke China juga berpotensi turun. Catherina mencatat kontribusi ekspor ke China sebesar 13% di kuartal III-2019. Angka tersebut pun sudah menunjukkan penurunan sebesar 2% secara kuartalan dari 15% kontribusinya di semester I 2019.

Baca Juga: Meski belum berdampak, Adaro Energy dan Bumi Resources tetap waspadai virus corona

Tersokong PLTU

Meski tantangan tren penurunan harga batubara masih menghantui, Juan menilai, kinerja ADRO masih lebih baik diantara kompetitornya. Faktor yang membuat kinerja ADRO unggul adalah banyaknya diversifikasi bisnis yang dimiliki perusahaan ini.

Menurut Juan, langkah ADRO dalam memperkuat lini bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bisa menjadi bantalan kinerja di tengah sentimen negatif penurunan harga batubara. Salah satu proyek tersebut yang sudah mulai beroperasi secara komersial adalah PLTU Tanjung Power.

Selain itu, PLTU Bhimasena Power Indonesia juga tengah dirampungkan. Persoran memastikan ADRO akan memasok kebutuhan batubara pada kedua PLTU tersebut.

Baca Juga: Virus corona bikin supply dan demand batubara jadi tidak stabil

Selain itu, kinerja ADRO juga akan tersokong dari produksi batubara coking coal atau metallurgical coal.

Sentimen positif juga datang dari efisiensi yang ADRO lakukan karena memiliki tambang hingga pelabuhan. "Bisnis ADRO terintegrasi sehinga efisiensi biaya bisa terjadi," kata Juan, Kamis (13/2).

Edward Tanuwijaya, analis Korea Investment dan Sekuritas Indonesia menambahkan kontribusi tambang Kestrel juga akan berlanjut menyokong kinerja ADRO di tahun ini. Dalam risetnya, Edward mengalkulasi tambang yang berada di Australia tersebut bisa memberikan kontribusi kurang lebih 10% pada laba ADRO di kemudian hari.

"Kontribusi tersebut lebih dari cukup untuk menutup beban keuangan dan pengeluaran lain yang bisa mempengaruhi profit," kata Edward.

Hingga akhir tahun Edward memproyeksikan pendapatan ADRO sentuh US$ 3,19 miliar. Edward merekomendasikan beli di target harga Rp 1.700 per saham.

Sementara, Juan merekomendasikan beli ADRO di target harga Rp 1.630 per saham. Sedangkan, Catherina merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.465 per saham.

Baca Juga: Tahun ini, Adaro Energy (ADRO) perkuat potensi bisnis yang ada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×