Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
Tersokong PLTU
Meski tantangan tren penurunan harga batubara masih menghantui, Juan menilai, kinerja ADRO masih lebih baik diantara kompetitornya. Faktor yang membuat kinerja ADRO unggul adalah banyaknya diversifikasi bisnis yang dimiliki perusahaan ini.
Menurut Juan, langkah ADRO dalam memperkuat lini bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bisa menjadi bantalan kinerja di tengah sentimen negatif penurunan harga batubara. Salah satu proyek tersebut yang sudah mulai beroperasi secara komersial adalah PLTU Tanjung Power.
Selain itu, PLTU Bhimasena Power Indonesia juga tengah dirampungkan. Persoran memastikan ADRO akan memasok kebutuhan batubara pada kedua PLTU tersebut.
Baca Juga: Virus corona bikin supply dan demand batubara jadi tidak stabil
Selain itu, kinerja ADRO juga akan tersokong dari produksi batubara coking coal atau metallurgical coal.
Sentimen positif juga datang dari efisiensi yang ADRO lakukan karena memiliki tambang hingga pelabuhan. "Bisnis ADRO terintegrasi sehinga efisiensi biaya bisa terjadi," kata Juan, Kamis (13/2).
Edward Tanuwijaya, analis Korea Investment dan Sekuritas Indonesia menambahkan kontribusi tambang Kestrel juga akan berlanjut menyokong kinerja ADRO di tahun ini. Dalam risetnya, Edward mengalkulasi tambang yang berada di Australia tersebut bisa memberikan kontribusi kurang lebih 10% pada laba ADRO di kemudian hari.
"Kontribusi tersebut lebih dari cukup untuk menutup beban keuangan dan pengeluaran lain yang bisa mempengaruhi profit," kata Edward.
Hingga akhir tahun Edward memproyeksikan pendapatan ADRO sentuh US$ 3,19 miliar. Edward merekomendasikan beli di target harga Rp 1.700 per saham.
Sementara, Juan merekomendasikan beli ADRO di target harga Rp 1.630 per saham. Sedangkan, Catherina merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.465 per saham.
Baca Juga: Tahun ini, Adaro Energy (ADRO) perkuat potensi bisnis yang ada
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News