Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara makin terperosok ke titik terendah. Setelah isu supply dan demand terganggu, komoditas energi ini dikagetkan dengan langkah Norwegia yang memutuskan untuk menjual investasinya senilai US$ 1 triliun dari perusahaan batubara.
Berdasarkan data Bloomberg Kamis (13/6) harga batubara dalam Ice Newcatle untuk kontrak pengiriman Juli 2019 berada pada level US$ 72,25 per metrik ton, melemah sebanyak 0,55% dari harga sebelumnya di level US$ 72,65 per metrik ton.
Sepekan, harga si hitam melemah 2,56% dari harga Kamis (6/6) di level US$ 74,15 per metrik ton. Secara year to date (ytd) harga batubara melemah 25,6%. Bahkan harga batubara kali ini telah mencapai titik terendahnya sejak Agustus 2017.
Norwegia menjual sahamnya sebesar US$ 1 triliun yang ditarik dari perusahaan batubara sekaliber Glencore dan Anglo American. Alasannya, aturan Parlemen Norwegia menginginkan bahwa, investasi negara yang berada dalam kawasan Eropa ini tidak lagi berinvestasi di perusahaan batubara.
Kedua perusahaan multinasional itu dapat menambah lebih dari 20 juta ton batubara per tahun, atau menghasilkan lebih dari 10 gigawatt. Langkah Norwegia menunjukkan dukungan kampanye Uni Eropa yang menginginkan batubara tidak lagi sebagai pembangkit listrik, karena dapat memberikan efek samping pemanasan global.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim melihat selain malah pencemaran udara, keputusan Norwegia guna menghindari risiko kerugian. Sebab, investasi dalam perusahaan batubara memiliki risiko yang tinggi, apalagi dari sisi demand energi batubara bisa tergantikan.
Lebih lanjut dia bilang, ada aturan Undang-Undang di Uni Eropa yang membatasi perbankan untuk memberikan pinjaman ke perusahaan energi. Nah, masalahnya ada potensi langkah Norwegia dapat diikuti oleh negara-negara Uni Eropa lainnya, sehingga ke depan harga batubara bisa koreksi lebih dalam.
Sementara itu, Analis Central Capital Futures, Wahyu Triwobo Laksono menilai, Norwegia bukanlah satu-satunya negara yang menarik investasi dari perusahaan batubara. Sebelumnya Amerika Serikat (AS) juga pernah, bahkan pekan lalu Mantan Walikota New York City, Michael Bloomberg berencana bakal menggelontorkan dana senilai US$ 1 triliun agar perusahaan batubara tidak bisa beroperasi.
Wahyu menganggap batubara ibarat anak haram yang tidak diinginkan. Dia bilang eksistensinya bakal pudar, tergeser oleh gas alam dan energi alternatif misalnya energi matahari dan angin yang terbukti ramah lingkungan. “Penarikan investasi oleh Norwegia, menunjukkan sinyal bahan bakar fosil bakal terganti oleh energi terbarukan,” kata Wahyu kepada Kontan, Jumat (14/6).
Sudah jatuh tertimpa tangga, harga batubara makin tergerus setelah hari ini China melaporkan produksi batubara domestik per bulan Mei mencapai 312,4 juta metrik ton, naik 3,5% dibanding periode sama tahun lalu. Bahkan data yang dirilis oleh Statistics Bureau ini merupakan yang pencapaian ini jadi yang paling banyak sejak Agustus 2017.
Ibrahim memandang laporan itu mengindikasikan over supply yang artinya semakin meyakinkan China untuk menghentikan impor batubara, dan fokus jadi eksportir. China terus menggenjot produksi batubara karena pelemahan ekonomi akibat perang dagang dengan AS. “Impor butuh biaya, makanya China cenderung pakai batubara domestik biar menghemat devisa,” kata Ibrahim kepada Kontan, Jumat (14/6).
Akan tetapi, hal ini membuat ekosistem batubara terganggu. Terlebih bagi Australia yang merupakan salah satu eksportir terbesar batubara jadi terhambat dengan sepinya permintaan batubara dari China. Kata Ibrahim, seumpama China sudah sepenuhnya menggunakan batubara domestik, maka harga batubara bisa terjun ke level US$ 67 per metrik ton.
Kata Wahyu, harga batubara sulit rebound terlepas dari faktor teknikal. Keadaan saat ini menunjukkan tren supply yang meningkat dan demand yang perlahan menghilang. Perlu ada faktor fundamental yang bisa menjaga harga batubara. Paling tidak harapan datang bila perang dagang AS-China selesai dan bisa menstimulus ekonomi negeri Panda, maka harga batubara bisa menguat.
Proyeksi Wahyu, Senin depan harga batubara berada di rentang support US$ 69, US$ 70, dan US$ 71 per metrik ton, dengan resistance antara US$ 73, US$ 73,80, dan US$ 74,60 per metrik ton. Sepekan depan harga si hitam menurutnya akan diperdagangkan di kisaran harga US$ 67-US$ 76 per metrik ton.
Sementara untuk prediksi harga Senin (17/6), Ibrahim meramal harga batubara kemungkinan di level US$ 71,50-US$ 72,35 per metrik ton. Selanjutnya, sepekan depan ada di area US$ 70-US$73,25 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News