Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus mengukir rekor-rekor baru sepanjang tahun ini. Faktor permintaan global yang masih tinggi baik di musim dingin maupun panas membuat harga komoditas ini melambung. Kondisi ini lantas menguntungkan sejumlah emiten di sektor batubara dan membuat harga sahamnya beprotensi terus mendaki.
Sejak awal tahun, harga batubara kontrak pengiriman Juli 2018 di ICE Futures Exchange telah mencatat kenaikan 19,35% ke level US$ 111,65 per metrik ton hingga penutupan perdagangan Jumat (8/6).
Harga bahkan sempat bertengger di atas level US$ 112 per metrik ton di akhir pekan lalu. Ini merupakan level tertinggi harga batubara dalam kurun lima tahun terakhir.
Melambungnya harga komoditas batubara berdampak pada performa harga sejumlah saham di sektornya. Tilik saja, per Jumat (8/6), harga saham ADRO dan ITMG masing-masing naik 1,85% dan 39,4%. Harga saham INDY juga mendulang kenaikan sebesar 35,74%. Yang paling fantastis, ialah harga saham PTBA yang melonjak 82,1% ytd.
Senior Analyst Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menjelaskan, harga batubara sejatinya telah mengalami uptrend sejak tahun lalu. "Tapi harga kembali melandai setelah musim dingin berakhir. Sekarang, kembali rebound tinggi," ujarnya, Jumat (8/6).
Menurut William, tren harga batubara yang terus menguat tidak terlepas dari faktor permintaan China yang masih terus bertambah hingga sekarang. Meski negara berpenduduk terpadat di dunia itu mencanangkan pengurangan penggunaan batubara demi alasan lingkungan, kebutuhan batubara nyatanya masih tetap besar.
Analis BCA Sekuritas Prasetya Gunadi dalam risetnya 4 Juni 2018 menambahkan, saat ini persediaan cadangan batubara di China juga tengah dalam kondisi terendah dalam tiga bulan terakhir. Berkurangnya suplai batubara global juga mulai terlihat sejak Mei lantaran sejumlah kegiatan pertambangan batubara dihentikan untuk pemeriksaan keamanan dan lingkungan.
Sementara di India, Prasetya menyebut, kebutuhan batubara semakin bertambah seiring dengan membaiknya perekonomian domestik. "Impor batubara thermal India sepanjang kuartal pertama tahun ini naik lebih dari 15% yoy sehingga permintaan keseluruhan dari Asia menjadi terdongkrak," ujar dia.
Di dalam negeri, suplai batubara juga tengah tertahan karena adanya penghentian aktivitas pemuatan batubara di Pelabuhan Muara Berau akibat unjuk rasa kelompok nelayan. "Permintaan tinggi tapi suplai terhambat karena rantai perdagangan terganggu," kata William.
Menurutnya, prospek bisnis industri batubara masih akan cerah hingga akhir tahun nanti. Ia pun masih memberi outlook overweight untuk sektor batubara. Sebab, faktor permintaan yang tinggi dan sentimen cuaca masih akan menopang harga komoditas ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News