Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara acuan (HBA) makin panas. PT Indika Energy Tbk (INDY) pun akan berfokus mengejar target produksi batubara pada tahun ini.
Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando mengatakan, anak usaha INDY, PT Kideco Jaya Agung (Kideco) akan mengejar target produksi 35,7 juta ton disisa tahun berjalan. Sementara itu anak usaha lainnya, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) akan fokus mengejar target produksi 1,6 juta ton.
“Di samping memenuhi ketentuan domestic market obligation (DMO), kami akan terus meningkatkan efisiensi operasional, optimalisasi diversifikasi usaha, serta memperkuat komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG),” imbuh Ricky saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/11).
Seperti diketahui, HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Baca Juga: Harga batubara acuan melonjak sampai 33%, begini prospek saham emiten batubara
Harga Batubara Acuan (HBA) bulan November 2021 melonjak 33% atau US$ 53,38 per ton ke level US$ 215,01 per ton. Sebelumnya, HBA bulan Oktober hanya mencapai sebesar US$ 161,63.
Dalam keterangan resmi tertulis, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan bahwa harga ini merupakan level HBA tertinggi dalam puluhan tahun terakhir.
Menurutnya, kenaikan harga ini didorong oleh permintaan dari Tiongkok yang terus meningkat menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk. Kondisi-kondisi ini menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batubara di provinsi produsen batubara.
Faktor lainnya, kenaikan komoditas lain seperti gas alam juga turut memengaruhi harga global batubara menurut Agung. "Supercycle masih punya pengaruh mendorong kenaikan harga komoditas dasar akibat dari adanya pertumbuhan ekonomi global baru pasca pandemi," jelas Agung dalam keterangan tertulis, Senin (8/11).
Sepanjang periode Januari-Juni 2021, INDY telah mencatatkan produksi konsolidasi sekitar 19,8 juta ton batubara atau setara dengan 53,08% dari target produksi konsolidasi pasca revisi RKAB yang sebesar 37,3 juta ton.
Dalam realisasi tersebut, Kideco menyumbang produksi 18,2 juta ton batubara atau naik 7,7% dibanding realisasi produksi pada periode sama tahun lalu yang sebesar 16,9 juta ton.
Sementara itu, MUTU mencatatkan produksi 0,9 juta ton batubara sisanya di sepanjang Januari-Juni 2021, tumbuh 28,57% dibanding realisasi produksi MUTU periode sama tahun lalu yang sebesar 0,7 juta ton.
Adapun total pendapatan konsolidasi yang dibukukan oleh INDY sepanjang semester pertama tahun ini mencapai sebesar US$ 1,28 miliar, naik 14,07% dibanding realisasi pendapatan semester pertama tahun lalu yang sebesar US$ 1,12 miliar.
Dari hasil pendapatan itu, INDY mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 12 juta di semester I 2021, berbalik dari posisi bottom line INDY di semester I 2020 tercatat rugi bersih US$ 21,91 juta.
Selanjutnya: Harga Batubara Acuan (HBA) capai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News