Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara lanjut melemah ke bawah US$ 160 per ton. Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga batubara berjangka di bursa Newcastle turun 3,57% ke US$ 159,35 per ton pada perdagangan Kamis (18/5).
Dalam sebulan, harga batubara sudah merosot 17,22%. Sementara secara year to date (YtD), harga batubara anjlok 59,96% dari harga penutupan akhir tahun 2022 di US$ 397,95 per ton.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penurunan harga batubara dikaitkan dengan penurunan permintaan listrik dan penurunan harga gas. Hal ini membuat pembangkit listrik lebih memilih gas daripada batubara sehingga membatasi penggunaan batubara sebagai bahan bakar.
Apalagi, impor gas alam cair yang kuat meningkatkan stok dan prospek keamanan energi. "Ini adalah perubahan besar dari tahun lalu, ketika negara-negara Eropa membakar batubara paling cepat dalam setidaknya enam tahun setelah Rusia memotong aliran pipa gas ke Eropa," tutur Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/5).
Baca Juga: HBA Gunakan Formula Baru, Pembayaran Royalti Lebih Masuk Akal
Selain ini, permintaan batubara dari China pada tahun ini diprediksi lebih lambat seiring penurunan produksi pabrikan mereka. Data terbaru aktivitas produksi China menunjukkan hasil di bawah perkiraan pasar.
"Penurunan harga minyak serta stok batubara yang melimpah karena peningkatan produksi di China dan India juga memengaruhi fenomena penurunan harga batubara belakangan ini," kata Sutopo.
Sutopo memperkirakan, batubara akan diperdagangkan di level US$ 176,15 per ton pada akhir kuartal II-2023. Sementara itu, dalam waktu 12 bulan ke depan, harga batubara kemungkinan berada di US$ 197,17 per ton.
Baca Juga: Tekanan Ekspor Impor Indonesia Bisa Berlanjut
Meskipun begitu, Sutopo melihat kemungkinan bahwa harga batubara berpotensi kembali ke US$ 290 per ton pada akhir tahun 2023. Pasalnya, Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan permintaan global akan mulai meningkat kembali di semester kedua tahun 2023.
Di tengah penurunan harga batubara belakangan ini, ia menilai masih terlalu cepat bagi investor untuk membeli kontrak berjangka komoditas ini. Menurutnya, investor perlu menunggu beberapa saat untuk memastikan permintaannya membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News