Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Harga batubara terkoreksi 0,97% dari titik tertingginya di pekan lalu. Penurunan ini disebabkan berbagai faktor dari kawasan Asia dan Amerika.
Mengutip Bloomberg, pada Rabu (30/8) pukul 16.30 WIB, harga batubara kontrak pengiriman September 2017 di ICE Futures turun 0,72% ke level US$ 97,05 per metrik ton dari US$ 97,75 per metrik ton pada hari sebelumnya.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim melihat, ketakutan pelaku pasar pada ketegangan di Semenanjung Korea telah mereda dan sempat memberikan dorongan pada dollar Amerika Serikat (AS). "Dollar menguat dan harga batubara mengalami koreksi," papar Ibrahim Direktur Garuda Berjangka pada KONTAN, Rabu (30/8).
Menurut dia, tak hanya harga batubara, tapi semua harga komoditas kompak turun. Uji coba rudal balistik Korea Utara yang ditembakkan melintasi perairan Jepang secara mengejutkan menyebabkan kurs dollar AS sempat terapresiasi.
Namun, Ibrahim mengingatkan kondisi AS sedang terhadang bencana banjir bandang dari sapuan badai Harvey. Kejadian ini akan menyebabkan cadangan minyak yang telah disiapkan menjadi tidak terpakai dan akan berimbas pada penurunan permintaan komoditas satu ini dan batubara. Ibrahim melihat momen koreksi ini akan terjadi hingga meredanya situasi kedua sentimen ini.
Di sisi lain, pasar akan memperhatikan kinerja China. China akan meluncurkan indeks manufaktur yang diprediksi akan lebih rendah ke 51,3 dari kinerja sebelumnya yakni 51,4. Walau tidak terlalu lebar, hal ini akan memberikan potensi koreksi. "Harga batubara sudah cukup tinggi, koreksi adalah hal yang wajar sebelum terjadi penguatan kembali," jelas Ibrahim.
Secara teknikal ia memperhatikan grafik moving average (MA) 14 masih kuat di bollinger atas. Sedangkan stochastic berada di area 60% negatif, begitu pula dengan MACD.
Menurut Ibrahim, harga batubara masih berada dalam tren naik. Tapi, besok harga akan koreksi dengan kisaran US$ 96,30-US$ 97,80 per metrik ton.
Sedangkan untuk sepekan, harga batubara berpeluang naik dan menembus US$ 96-US$ 100 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News