kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga Batubara Kembali Naik, Bagaimana Prospeknya ke Depan?


Rabu, 27 Maret 2024 / 03:30 WIB
Harga Batubara Kembali Naik, Bagaimana Prospeknya ke Depan?
ILUSTRASI. Foto udara kapal tongkang bermuatan batubara terdampar di muara Sungai Batanghari yang sudah mengalami pendangkalan di Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (1/8/2023). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nym.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali merangkak naik pada hari ini, Selasa (26/3). Kenaikan harga ini disebabkan permintaan dari China yang cukup meningkat.

Mengutip Trading Economics, harga batubara kembali merangkak naik 0,98% ke level US$  128,95 per ton pada Selasa (26/3) pukul 16.00 WIB. Setelah sebelumnya turun 0,43% ke level US$ 127,70 per ton pada Senin (25/3) pukul 20.00 WIB. 

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono menuturkan harga batubara kembali mengalami kenaikan karena terjadinya peningkatan permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara di China dan lonjakan permintaan dari India.

Wahyu menjelaskan, harga batubara sempat anjlok dalam sepekan kemarin akibat pada Maret ini, produksi batubara di China menurun lantaran permintaan baja yang lemah dan penurunan produksi iron pig untuk bulan keempat berturut-turut. 

Baca Juga: Produksi Batubara Dipacu, Ini Produsen Batubara Terbesar di Indonesia

“Pada awal pekan lalu, volume bahan baku ini masih belum terjual secara signifikan. Namun, dalam jangka panjang batubara masih sangat potensial, maka harganya kembali lagi naik,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (26/3). 

Selain itu, Wahyu mengatakan, China akan membangun sistem produksi batubara cadangan untuk menstabilkan harga dan mengamankan pasokan batubara pada tahun 2027 mendatang. Pasalnya, sekedar mengingatkan bahwa China adalah konsumen dan produsen batu bara teratas di dunia. 

“Tahun lalu China telah menghasilkan batubara dengan jumlah yang rekor, yaitu 4,5 miliar metrik ton,” kata Wahyu. 

Lebih lanjut, Wahyu menjelaskan China mulai menerapkan lonjakan izin pembangkit listrik tenaga batubara sejalan dengan gelombang kekurangan listrik pada tahun 2021. Wahyu bilang, langkah tersebut muncul ketika China terus mengkhawatirkan keamanan energi setelah batu bara domestiknya berkurang dan terjadinya kekurangan listrik pada 2021.

Dengan begitu, mendorong China untuk meningkatkan penambangan batubara dan mempercepat persetujuan untuk membangun pembangkit listrik batu bara baru, meskipun sebelumnya telah berjanji untuk mengurangi penggunaan batubara dalam rencana lima tahun yang dimulai pada 2026.

Ditambah, China juga telah berjanji untuk mengendalikan secara ketat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara baru, dan juga telah menghubungkan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru ke jaringan listriknya.

“Kebutuhan mendasar itulah yang akhirnya mendorong harga batubara,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga Batubara Berpotensi Melemah, Intip Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) Ini

Kendati begitu, dia memperkirakan kenaikan harga batubara ini hanya bersifat musiman atau seasonal, dan permintaan setahun penuh diperkirakan masih akan tetap lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023.

“Secara umum jika harga batubara kembali terkoreksi lagi merupakan suatu hal yang wajar karena batubara masih terbatas,” imbuhnya.

Dia pun memperkirakan harga batubara akan diperdagangkan pada harga US$ 100 - US$ 150 per ton pada akhir kuartal I-2024 ini. Sedangkan kuartal II-2024 sekitar US$ 80 - US$ 200 per ton. 

Wahyu menuturkan, proyeksi tersebut karena mempertimbangkan peningkatan tambahan dari China dan India. Sehingga kenaikan harga batubara masih cukup terbatas, karena perlambatan pertumbuhan ekonomi China masih menjadi kendala utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×