kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid ke Depan, Ini Sentimen Pendorongnya


Jumat, 15 Juli 2022 / 15:38 WIB
Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid ke Depan, Ini Sentimen Pendorongnya
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Priok, Kamis (3/2/2022). Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid ke Depan, Ini Sentimen Pendorongnya.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga batubara masih membara. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak September 2022 berada di level US$ 399,25 per metrik ton (MT) pada perdagangan Jumat (15/7). Level ini sudah melesat 227,25% dari harga batubara pada penutupan 2021.

Bahkan, pada perdagangan Selasa (12/7), harga batubara sempat menyentuh level US$ 427,20 per MT, yang merupakan level tertinggi untuk kontrak September 2022.

Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan menilai, harga batubara masih akan kuat sampai akhir tahun ini. Sucor Sekuritas memproyeksikan harga batubara Newcastle akan berada di level US$ 300 per ton untuk 2022.

Menurut Andreas, tingginya harga komoditas energi ini dipicu oleh perang Rusia-Ukraina. Uni Eropa memutuskan untuk melakukan embargo batubara dari Rusia. Beberapa negara termasuk Inggris, Korea Selatan, dan Jepang juga memutuskan untuk tidak membeli batubara dari Rusia.

Baca Juga: Buyback Jadi Katalis Positif United Tractors (UNTR), Simak Rekomendasi Sahamnya

Negara-negara tersebut, lanjut Andreas, mengimpor 100 juta ton batubara dari Russia. Alhasil, negara-negara ini perlu mencari sumber batubara lain. Di sisi lain, negara seperti Australia, Indonesia, Kolombia dan beberapa produsen batubara kesusahan untuk menaikkan produksi. 

“Oleh karena itu, kami memperkirakan supply yang ketat terus berlanjut,” terang Andreas kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan, Rusia merupakan salah satu produsen dan eksportir besar batubara dunia. Negeri Beruang Merah ini menjadi eksportir batubara terbesar ketiga di dunia di bawah Australia dan Indonesia. 

Pada 2021, Rusia melakukan ekspor lebih dari separuh produksi batubaranya di level 262 juta ton, dengan destinasi penjualan mayoritas adalah China (17%), Korea Selatan (12%), dan Jepang (10%).

Sementara untuk ke Eropa, penjualan ekspor tertinggi ditempati oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Eropa sebesar 8%, Jerman sebesar 7%, Ukraina sebesar 6%, dan Turki sebesar 7%.

Seiring dengan adanya paket sanksi ekonomi yang diterima Rusia, Kementerian Energi Rusia menurunkan outlook produksi batubara Rusia pada tahun ini. 

“Dimana untuk proyeksi produksi batubara Rusia dapat menurun hingga 17% menjadi 365,1 juta ton dan ekspor juga berpotensi menyusut 30% menjadi 156 juta ton,” kata Felix.

Baca Juga: Pelaku Usaha Dorong Penertiban Tambang Ilegal

Melihat tren pergerakan harga batubara yang melonjak sejak akhir Februari akibat dari pengenaan sanksi ekonomi dari Uni Eropa kepada Rusia, Panin Sekuritas memperkirakan rata-rata harga batubara dapat menjadi US$ 160 per ton hingga akhir 2022.

Proyeksi ini didasari penggunaan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) setelah pengiriman gas dari Rusia berkurang drastis. Selain itu, gelombang panas melanda India, yang tercatat sebagai gelombang panas paling parah sepanjang sejarah.

Hanya saja, Panin Sekuritas berekspektasi permintaan batubara akan menurun dalam jangka menengah, seperti 2 tahun hingga 4 tahun.

Penurunan permintaan ini seiring dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dari Uni Eropa yang tetap berkomitmen untuk mencapai zero emission sekitar tahun 2050 dan peningkatan produksi batubara di berbagai negara.

Sementara itu, Andreas menilai resesi global dan turunnya permintaan apabila terjadi ledakan kasus Covid-19 dapat menjadi sentimen negatif bagi harga batubara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×