Reporter: RR Putri Werdiningsih, Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga batubara mencapai level tertinggi sejak Juni 2014. Senin (17/7) pukul 17.00 WIB, harga batubara kontrak pengiriman Agustus di ICE Futures Europe melesat 0,48% menjadi US$ 83,35 per metrik ton. Dalam sepekan, harga batubara juga sudah melambung 3,03%.
Harga batubara menguat lantaran permintaan kembali naik. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China meminta produksi batubara di Negeri Tirai Bambu segera digenjot untuk memenuhi kebutuhan musim dingin.
Ternyata kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik masih tinggi. Terlebih setelah dua pembangkit listrik di China rusak akibat banjir. China memilih melakukan impor si hitam dari Australia guna memenuhi kebutuhan tersebut. Katalis positif lain datang setelah Negeri Panda ini dilanda banjir. Akibatnya, distribusi batubara sempat terganggu.
Selain China, dukungan bagi harga batubara juga datang dari Amerika Serikat (AS). Pasar menilai kebijakan Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan iklim Paris menunjukkan keseriusan AS untuk kembali membangun industri batubara. "Target Trump adalah menaikan penggunaan batubara hingga tiga kali lipat, tujuannya untuk pendingin reaktor nuklir," kata Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, Senin (17/7).
Sementara itu, Australia sebagai salah satu produsen batubara terbesar di dunia juga mencatatkan pertumbuhan ekspor ciamik. Ekspor batubara dari Negeri Kanguru ini mengalami kenaikan sepanjang semester I-2017.
Meski harga batubara terus bergerak naik dengan kencang, Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai pelaku pasar juga perlu mewaspadai efek penggunaan energi terbarukan. Pasalnya, hal ini bisa mengikis penggunaan batubara. Kebijakan penggunaan energi terbarukan tersebut sudah diterapkan oleh beberapa negara di kawasan Eropa.
Untuk jangka pendek, Ibrahim yakin tren harga batubara masih bullish. Apalagi, baru-baru ini Biro Statistik Nasional China melaporkan, produk domestik bruto (PDB) China terbang 6,9% pada kuartal dua 2017 lalu. Hasil ini lebih tinggi ketimbang estimasi pasar, yang memperkirakan PDB hanya tumbuh 6,8%. Pertumbuhan ekonomi China ini semakin meyakinkan pasar harga komoditas dapat kembali terkerek.
Saat ini, Deddy melihat harga batubara berada di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif. Sementara relative strength index (RSI) ada di level 66, yang menunjukkan potensi menguat. Sementara stochastic berada di area overbought, yang membuatnya rentan koreksi.
Karena itu, Deddy melihat harga batubara hari ini rawan mengalami koreksi teknikal. Harga batubara akan bergerak dengan rentang pergerakan US$ 77,10-US$ 82,40 per metrik ton. Ibrahim memprediksi sepekan ke depan harga batubara bergerak antara US$ 80,5-US$ 83,70 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News