Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Kiswoyo menambahkan, produksi batubara yang ditingkatkan menjadi 67 juta ton di tahun 2024 juga bakal menyokong pendapatan ADRO di tahun 2024. Sehingga, bertambahnya pendapatan diharapkan bisa mengimbangi potensi penurunan harga jual batubara.
“Target produksi ADRO tersebut mudah saja tercapai karena ADRO merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar di Indonesia. Terlebih, ADRO memiliki proyek pembangkit listrik sendiri. Namun yang perlu diperhatikan adalah kesediaan target pasar dari produksi tersebut,” imbuh Kiswoyo.
Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo sepakat bahwa ADRO masih menarik, walaupun prospek harga jual batubara bakal tetap rendah di tahun 2024. Hal itu karena Adaro memiliki umur cadangan yang cukup, portofolio yang beragam, sistem penambangan yang terintegrasi dan potensi yield dividen menarik sebesar 13,6% di tahun 2024.
Manajemen ADRO menargetkan volume produksi batubara di tahun 2024 sekitar 65-67 juta ton. Campuran produksi terdiri dari 61-62 juta ton batubara termal dan sekitar 4,9-5,4 juta ton batubara metalurgi dari Adaro Minerals (ADMR).
Selain itu, ADRO telah memberikan panduan nisbah kupas tahunan yang datar untuk 2024 sebesar 4,3x. Dengan asumsi ini, pedoman operasional ADRO selaras dengan perkiraan operasional dari analisis Ciptadana Sekuritas.
Baca Juga: Risiko Investasi Naik, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini yang Bisa Anda Bidik
“Kami memilih ADRO sebagai pilihan utama di sektor batubara,” ungkap Thomas dalam riset 4 Maret 2024.
Thomas mempertahankan rekomendasi beli untuk ADRO, namun merevisi sedikit lebih rendah target harga saham menjadi Rp3.000 per saham. Proyeksi ini berasal dari valuasi Price Earning (PE) yang lebih rendah yaitu 6,8x dari sebelumnya 8,0x karena prospek batubara yang diperkirakan lebih lemah.
Risiko dari rekomendasi tersebut adalah volatilitas harga batubara termal dan batubara metalurgi, perubahan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan tarif pajak dan royalti lebih tinggi, serta tertundanya proyek aluminium milik ADRO.
Kalau Erindra mempertahankan rekomendasi beli untuk ADRO dengan target harga sedikit lebih tinggi yaitu Rp 2.850 per saham. Risiko yang perlu diperhatikan dari rekomendasi ini adalah melemahnya harga batubara dan penurunan produksi.
Sementara, Kiswoyo menyarankan beli untuk ADRO dengan target harga sebesar Rp 3.500 per saham. Target harga saham ADRO diperkirakan bakal tercapai seiring dengan potensi naiknya harga komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News