kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,16   10,58   1.18%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara anjlok dan amortisasi akuisisi Kideco, Indika Energy rugi US$ 52 juta


Kamis, 17 Desember 2020 / 15:53 WIB
Harga batubara anjlok dan amortisasi akuisisi Kideco, Indika Energy rugi US$ 52 juta
ILUSTRASI. Jajaran direksi Indika Energy (INDY)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan kerugian hingga kuartal III-2020. Anjloknya harga batubara serta amortisasi dari asset tak berwujud terkait akuisisi PT Kideco Jaya Agung membuat INDY menanggung rugi US$ 52,5 juta.

Wakil Direktur Utama & CEO INDY Azis Armand mengungkapkan, pandemi Covid-19 membuat penurunan tajam pada harga batubara maupun permintaan pasar domestik dan ekspor. "Itu mempengaruhi INDY dari seluruh aspeknya, terutama anak perusahaan yang terlibat di industri batubara baik langsung maupun tidak langsung," kata dia saat Public Expose INDY, Kamis (17/12).

Maklum, batubara masih mendominasi pendapatan INDY. Hingga kuartal III, segmen batubara berkontribusi sebesar 76% terhadap pendapatan.

Lebih lanjut, Direktur & Group Chief Financial Officer INDY Retina Rosabai membeberkan, pendapatan INDY pada sembilan bulan 2020 ini tercatat sebesar US$ 1,53 miliar. Angka itu merosot 26% dibandingkan dengan pendapatan pada Kuartal III-2019 lalu yang sebesar US$ 2,07 miliar.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) bakal ajukan perpanjangan PKP2B Kideco Jaya Agung tahun depan

Dari pendapatan yang diraih INDY, produsen batubara Kideco Jaya Agung menyumbang paling dominan, sebesar US$ 918,5 juta. Sebagai penyokong utama, kinerja Kideco juga merosot lantaran harga rata-rata penjualan yang anjlok 15,1% menjadi US$ 38,8 per ton. Kondisi itu diikuti dengan menurunnya volume penjualan sebesar 9,4% menjadi 23,7 juta ton per kuartal III.

Secara keseluruhan, beban penjualan, umum dan administrasi INDY juga meningkat menjadi US$ 105,5 juta, atau naik 5,1% dibandingkan kuartal III-2019. Adapun, beban keuangan INDY sebenarnya menurun 16,9% menjadi US$ 71,2 juta.

"Sebagai liability management dimana kami menukar utang dari bond menjadi utang kepada bank, kami mendapatkan bunga yang lebih rendah," terang Retina.

Namun, INDY tetap harus menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 52,5 juta, atau naik 509,4% dibandingkan rugi bersih Kuartal III-2019 yang sebesar US$ 8,6 juta.

Menurut Retina, kerugian tersebut tak lepas dari amortisasi asset tidak berwujud saat INDY mengakuisisi Kideco pada dua tahun lalu. Biaya amortisasi yang ditanggung INDY mencapai US$ 50 juta. 

"Catatan rugi bersih sebesar US$ 52,5 juta, itu sebagian besar dibebankan oleh biaya amortisasi tak berwujud akibat hasil melakukan akuisisi Kideco dua tahun yang lalu. Biaya amortisasi tak berwujud ini kira-kira sekitar US$ 50 juta pada sembilan bulan di 2020 ini," terang Retina.

Jika tanpa amortisasi dan juga peningkatan liabilitas kontinjen yang terkait dengan akuisisi Kideco, maka INDY mencatatkan rugi inti sebesar US$ 5,5 juta.

Kondisi saat ini, tren harga dan permintaan batubara mengalami peningkatan. Meski begitu, Retina memproyeksikan INDY belum bisa membalikkan kerugian bersih yang diderita hingga tutup tahun ini.

Baca Juga: Ini penyebab Petrosea (PTRO) optimistis kinerja di 2021 membaik

Sebab, harga batubara yang menanjak dalam dua bulan terakhir tidak bisa secara langsung dinikmati INDY sebagai harga jual. "Ini berhubungan karena kami punya kontrak dari bulan sebelumnya, yang berdasarkan harga bulan sebelumnya juga. Untuk 2020 kami ekspektasi kan sampa akhir tahun tidak melihat akan berbalik menjadi untung," tegas Retina.

Untuk menjaga kinerja INDY pada masa pandemi ini, perusahaan telah melakukan manajemen liabilitas melalui penerbitan surat utang dengan total US$ 675 juta. Sebagian besar dari dana tersebut ditunjukkan untuk refinancing, dan sisanya untuk mendukung diversifikasi usaha INDY.

"Antisipasi kami selama pandemi ini, menjaga kinerja dari aset-aset yang kami miliki dan me-manage liabilitas sehinga untuk masa waktu sampai 2024-2025 itu tidak ada liabilitas yang akan jatuh tempo. Itu memberikan stabilitas INDY baik secara operasional maupun pemenuhan kewajiban keuangan," pungkas Azis.

Selanjutnya: Indika Energy (INDY) bidik produksi batubara 31,4 juta ton di tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×