Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Harga bibit ayam umur sehari alias day old chicken (DOC) broiler melonjak. Dalam dua pekan terakhir saja, harga DOC naik 168%. Tentu saja ini kabar baik dari emiten poultry seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Berdasarkan data Pusat Informasi Pasar (Pinsar), pada 24 Agustus 2013 lalu, harga DOC broiler masih sekitar Rp 2.500 per ekor. Namun, pada 10 September, harga DOC menjadi Rp 6.700 per ekor.
Diperkirakan, naiknya harga DOC juga lantaran pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Maklum, biaya produksi seperti biaya pakan pun ikut melonjak.
Kepala Riset Sucorinvest Central Gani, Arief Budiman menilai, kenaikan harga DOC akan berimbas positif untuk margin laba CPIN. Setidaknya, kondisi ini mengimbangi beban produksi yang masih akan membengkak. "Kemungkinan harga DOC masih tren naik," kata Arief, Kamis (12/9).
Arief memprediksikan, harga rata-rata DOC Rp 4.000 per ekor di tahun ini. Memang, kontribusi bisnis DOC belum terlalu signifikan bagi CPIN. Di semester I-2013, penjualan DOC menyumbang 16,7% atau Rp 2 triliun dari total pendapatan CPIN sebesar Rp 11,98 triliun. Angka itu naik 8,4% year on year (yoy).
Karena kontribusinya yang masih minim, peningkatan margin penjualan DOC akibat kenaikan harga belum cukup kuat menopang pertumbuhan CPIN. Di semester I-2013, kinerja CPIN masih melambat. Laba CPIN turun 9% menjadi Rp 1,53 triliun. Hal ini karena beban pokok penjualan yang melonjak hingga 25,5% menjadi Rp 9,5 triliun dari sebelumnya Rp 7,5 triliun.
Andri Goklas, analis OSO Securities bilang, di sektor poultry, CPIN merupakan pemain nomor satu di Indonesia. CPIN sudah memiliki pangsa pasar sendiri, sehingga CPIN pun akan mudah menyesuaikan harga jual untuk mendorong margin laba.
Meski mengalami perlambatan, Andri memperkirakan, kinerja CPIN akan membaik di semester II. Dia yakin, CPIN masih bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 19% menjadi Rp 25,36 triliun. Sementara laba bersih diprediksi masih bisa naik 15% menjadi Rp 3,07 triliun di 2013. "Kenaikan harga ini turut mendorong kinerja," jelas Andri.
Pendapatan terbesar CPIN tentu masih berasal dari penjualan pakan ternak. Sayangnya, bahan baku pakan ternak CPIN sebagian besar diimpor. Dengan fluktuasi nilai tukar belakangan ini, kemungkinan besar beban CPIN masih akan membengkak.
Arief memperkirakan, beban pokok penjualan CPIN masih bisa naik 15%. Tapi, dengan dominasi pangsa pasar, CPIN masih fleksibel mengerek harga jual untuk menyeimbangkan beban penjualan. "CPIN bisa menjadi trendsetter harga," katanya.
Arief memperkirakan, pendapatan CPIN tahun 2013 mencapai Rp 24,37 triliun, naik 14,3%. Sementara, laba bersih diperkirakan tumbuh 12,3% menjadi Rp 3,01 triliun.
Karena peningkatan margin laba yang masih terbatas, Arief merekomendasikan hold saham CPIN dengan target harga Rp 4.550, mencerminkan rasio harga berbanding laba bersih per saham (PER) sebesar 22,6 kali.
Andrie merekomendasikan buy CPIN dengan target harga Rp 5.100. Analis UBS, Bonny Budi Setia memberi netral dengan target Rp 5.060. Kemarin, harga CPIN naik 2,82% ke Rp 3.650 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News