Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga aluminium bergerak naik dan bertengger di level tertingginya sejak Mei 2015 lalu. Kenaikan harga alumunium terjadi setelah timbul spekulasi bahwa China akan menutup beberapa tambang aluminiumnya dan diekspektasikan ini akan mengempiskan pasokan yang ada.
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/1) pukul 9.57 pagi waktu Shanghai, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,20% ke level US$ 1.870 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
“Ada dorongan potensial naik yang mendorong harga aluminium setelah muncul spekulasi penutupan tambang di China. Dengan kombinasi spekulasi gentingnya kondisi perdagangan antara China dan AS ke depannya akibat proteksionisme yang dicanangkan Trump, ada potensi gangguan pasokan yang untuk saat ini menopang harga,” jabar Daniel Hynes, Senior Commodities Strategist Australia & New Zealand Banking Group seperti dikutip dari Bloomberg.
Dilaporkan, Pemerintah China berencana mengurangi produksi aluminium hingga 3,3 juta ton sepanjang tahun 2017 ini. Hal ini rencananya akan dilakukan sepanjang musim dingin mengingat isu polusi udara di China yang sudah masuk tahap membahayakan masyarakat. Hal ini tentunya memberikan tenaga bagi aluminium untuk naik lagi.
“Hanya saja saat ini kenaikan harga cukup tajam, bukan tidak mungkin ada potensi koreksi terbatas walau fundamental positif,” tambah Hynes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













