Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga aluminium naik pada hari Selasa (12/3) mendekati level tertinggi dalam enam minggu. Pasar memperhitungkan permintaan yang lebih kuat secara musiman, namun kenaikan tersebut kemungkinan akan dibatasi oleh kuatnya pasokan dari produsen utama China.
Penguatan mata uang AS setelah data inflasi yang berada di atas konsensus juga menekan logam industri. Hal ini membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan membebani permintaan dan harga.
Melansir Reuters, harga aluminium dengan tenor tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menyentuh US$2.270 per ton, tertinggi sejak 1 Februari. Terakhir diperdagangkan naik 0,13% pada US$2.262 di bursa resmi.
Baca Juga: Harga Tembaga Stabil Jelang Data Pinjaman China dan Angka Inflasi AS, Senin (11/3)
"Ada kekhawatiran permintaan akibat meningkatnya persediaan di China, namun hal ini mungkin lebih merupakan pola musiman untuk mempersiapkan konsumsi pada kuartal kedua tahun ini," kata Tom Price, kepala strategi komoditas di Liberum.
Persediaan aluminium telah tumbuh 85% sepanjang tahun ini menjadi 184.358 ton di gudang yang dipantau oleh Shanghai Futures Exchange (SHFE).
Stok di gudang terdaftar LME telah tumbuh sebesar 2% menjadi 577.675 ton pada periode yang sama.
China memproduksi aluminium dalam jumlah yang mencapai rekor pada tahun 2023 untuk membatasi kenaikan harga logam ringan yang terutama digunakan untuk pembuatan suku cadang mobil dan kabel listrik.
Krisis properti di China telah membebani permintaan logam industri. Dampak terbaru adalah penurunan peringkat Moody's terhadap pengembang properti nomor dua di China, Vanke, menjadi peringkat "sampah".
Baca Juga: Harga Komoditas Menjadi Penentu
“Permintaan logam dasar yang berasal dari sektor properti China yang tertekan kemungkinan besar akan menurun secara bertahap selama dua hingga tiga tahun dari puncaknya, bukannya anjlok total,” kata Price.
Agenda minggu ini juga adalah data pinjaman bank China, yang diperkirakan akan turun tajam di bulan Februari dari rekor tertinggi di bulan Januari karena faktor musiman.
Data pinjaman mencakup jumlah total pembiayaan sosial, yang merupakan ukuran utama konsumsi logam di masa depan.
Tembaga LME naik 0,1% menjadi US$8.662 per ton dan timah naik 0,1% menjadi US$27.650. Seng naik tipis 0,2% menjadi US$2.571, dan timbal naik 0,7% menjadi US$2.141. Nikel naik 0,1% pada US$18.395.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News