kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.164   36,00   0,22%
  • IDX 7.067   83,00   1,19%
  • KOMPAS100 1.055   14,78   1,42%
  • LQ45 830   12,68   1,55%
  • ISSI 214   1,66   0,78%
  • IDX30 423   6,60   1,59%
  • IDXHIDIV20 510   7,72   1,54%
  • IDX80 120   1,70   1,43%
  • IDXV30 125   0,56   0,45%
  • IDXQ30 141   1,99   1,43%

Hajatan IPO bernilai jumbo kian ramai, berikut faktor pendorongnya


Senin, 07 Juni 2021 / 20:23 WIB
Hajatan IPO bernilai jumbo kian ramai, berikut faktor pendorongnya
ILUSTRASI. Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (9/10/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun ini, perusahaan Indonesia cukup aktif untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Beberapa di antaranya bakal IPO dengan nilai penawaran yang bisa dibilang jumbo.

Dalam catatan Kontan, beberapa perusahaan yang akan menggelar hajatan IPO yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan incaran dana segar mencapai US$ 1 miliar. Kemudian beberapa waktu terakhir santer kabar terkait IPO GoTo (kongsi Gojek dan Tokopedia) dengan nilai di atas Rp 10 triliun.

Perusahaan tambang pure-play emas (pure-play gold producer) PT Archi Indonesia juga berencana menggelar IPO dengan membidik dana Rp 3,97 triliun. Teranyar, ada kabar dari PT Bank Multiarta Sentosa (Bank Mas) yang berencana IPO dengan target perolehan dana Rp 774 miliar.

Baca Juga: Ini sejumlah faktor yang akan mempengaruhi perusahaan dalam melakukan IPO

Menanggapi hal ini, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati mengatakan, pasar saham saat ini sebenarnya masih dibayangi ketidakpastian. Akan tetapi kondisinya sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi tahun lalu.

"Sentimennya datang dari pelaksanaan vaksin di berbagai wilayah, kemudian indeks manufaktur Indonesia yang sudah berada di level ekspansif serta daya beli masyarakat yang bertahap membaik meski belum memuaskan," katanya ketika dihubungi Kontan, Senin (7/6).

Menurutnya, risk appetite atau selera risiko tentunya akan tergantung bagi masing-masing perusahaan dan industri itu sendiri. Mengingat, kebutuhan serta prioritas setiap perusahaan berbeda-beda dan tidak semuanya linear.

Ia memandang risiko pasar ke depannya bakal erat hubungannya dengan suku bunga, nilai tukar, serta kasus positif Covid-19. Hal ini karena pergerakan harga saham atau kepercayaan investor juga dipengaruhi dengan stabilitas suku bunga, nilai tukar dan keamanan suatu negara yang direfleksikan dengan bagaimana pemerintah mampu mengontrol tingkat infeksi Covid-19.

Baca Juga: Rencana IPO jumbo mulai berembus di pasar modal tanah air

Nah untuk investor yang gemar memburu saham-saham baru, Ike menyarankan agar investor harus mampu berpikir logis dan rasional. Ia menyarankan pelaku pasar untuk memilih saham yang memang mampu memberikan imbalan dividen yang sepadan atau minimal memiliki prospek bisnis yang mampu bertahan untuk 25 tahun ke depan.

Selain itu, sambungnya, penting bagi investor untuk melihat siapa pemegang saham terbesar dari emiten tersebut. "Investor juga harus melihat dari sisi produk yang dihasilkan oleh perusahaan apa saja dan bagaimana di pasar, laku atau tidak produk tersebut. Di sisi lain, hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan adalah tingkat likuiditasnya," pungkas Ike.

Selanjutnya: Bank Multiarta incar dana IPO Rp 774,71 miliar, ini rencana penggunaan dananya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×