kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi Sejumlah Risiko, Industri Reksadana Diyakini Tetap Prospektif di Tahun 2023


Selasa, 03 Januari 2023 / 21:15 WIB
Hadapi Sejumlah Risiko, Industri Reksadana Diyakini Tetap Prospektif di Tahun 2023
ILUSTRASI. Industri reksadana diyakini bakal tetap positif di tahun 2023.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pasar uang paling gemilang di sepanjang tahun 2022. Industri reksadana diyakini bakal tetap positif di tahun 2023.

Merujuk data Infovesta Utama, instrumen reksadana pasar uang menjadi yang paling prospektif dengan pertumbuhan 2,71% sepanjang tahun 2022. Reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran, keduanya masing-masing sukses mencatatkan return 2,01% dan 0,33%. Sedangkan, reksadana saham terkoreksi 0,85% di tahun 2022.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mencermati, kinerja reksadana pasar uang (RDPU) terdorong tren kenaikan suku bunga. RDPU mendapatkan manfaat atas kenaikan suku bunga berupa kenaikan suku bunga deposito.

Baca Juga: Kinerja Reksadana Pasar Uang Paling Moncer Sepanjang 2022

Risiko ketidakpastian tinggi turut mendorong investor yang konservatif cenderung akan memilih reksadana pasar uang yang lebih memberi kepastian dan rasa aman.

Sementara, lanjut Nico, tertekannya kinerja reksadana saham akibat tingginya risiko di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai benchmark atau acuan telah bergerak sangat volatile pada tahun 2022.

IHSG sempat menyentuh All Time High (ATH) pada 13 September 2022 di level 7.318,02. Lalu, IHSG ditutup di level 6.850,62 pada akhir Desember.

"Sentimen yang mempengaruhi adalah kenaikan inflasi global yang berdampak pada pengetatan kebijakan moneter berbagai bank sentral," imbuh Nico kepada Kontan.co.id, Senin (2/1).

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra melihat bahwa secara keseluruhan kinerja reksadana sepanjang tahun 2022 cukup bervariasi. Performanya sangat tergantung dari jenis reksadana serta penerapan strategi.

Guntur mengungkapkan, beruntungnya beberapa produk reksadana kelolaan Pinnacle masih mampu bertumbuh yang salah satunya tercermin dari keberhasilan melampaui performa IHSG.

Misalnya saja reksadana berbasis saham dan ETF unggulan Pinnacle adalah Pinnacle CORE High Dividend ETF mencatatkan return 19,37% dan Pinnacle Enhanced Sharia ETF dengan kinerja tumbuh 17,36% sepanjang tahun 2022.

Menurut Guntur, pencapaian itu karena strategi quantamental di beberapa strategi ETF aktif. Ke depan, produk ETF berbasis aktif dan pasif diharapkan dapat melengkapi kebutuhan investor dalam berinvestasi.

Sebagai Manajer Investasi (MI), Pinnacle optimistis melihat kondisi pasar di tahun 2023.

Baca Juga: Di Tengah Gejolak Sepanjang Tahun 2022, Kinerja Reksadana Masih Bisa Bertumbuh

Pasalnya, banyak tantangan yang akan membayangi industri pasar modal seperti ketidakpastian kondisi global dan faktor risiko inflasi hingga resesi.

Sentimen pendukung bagi industri pasar modal tanah air adalah kondisi makro ekonomi Indonesia yang masih cukup baik dengan rekap kinerja perdagangan terus mencetak surplus.

Di sisi lain, tingkat kenaikan inflasi relatif masih terkontrol. Serta nilai tukar rupiah yang relatif masih kuat jika dibandingkan negara lainnya," ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Selasa (3/1).

Menambahkan hal tersebut, Nico berpandangan bahwa kinerja reksadana diperkirakan masih akan menjadi instrumen yang prospektif di tahun 2023.

Reksadana memiliki beberapa pilihan instrumen seperti reksadana saham, obligasi, pasar uang, dan campuran. Sehingga, bisa mendiversifikasikan ke beberapa jenis reksadana.

Kendati demikian, Nico mewaspadai, investor perlu mencermati waktu yang tepat untuk masuk ke reksadana yang dipilih karena akan menentukan gain atau pertumbuhan yang didapat. Hal itu dapat dipahami dengan mengikuti kondisi market yang akan beralih dari situasi bearish ke bullish, dan sebaliknya.

Untuk tahun 2023, hal yang akan menjadi tantangan masih terkait risiko ketidakpastian khususnya dari inflasi dan kenaikan suku bunga acuan yang diprediksi masih berlanjut hingga semester I-2023. 

Persepsi risiko pasar akan semakin mereda pada semester II-2023 seiring mulai melandainya inflasi, berhentinya kenaikan suku bunga acuan, dan potensi kejutan dari perputaran ekonomi berkat mulainya kegiatan kampanye di kuartal IV-2023.

Adapun Infovesta memproyeksikan return IHSG akan berkisar 10% dan yield SUN tenor 10 tahun berkisar 6,5%-7% di tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×