kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Habis perang dagang, terbitlah perang mata uang


Sabtu, 21 Juli 2018 / 09:17 WIB
Habis perang dagang, terbitlah perang mata uang
ILUSTRASI. Uang Yuan China dan Dollar AS


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Setelah perang dagang kini terbitlah perang mata uang. Lagi-lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memulai mengobarkan perang tersebut.

Trump dalam twitternya menuding China dan Uni Eropa memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah. Komentar Trump ini muncul setelah mata uang yuan China, Jumat (20/7), jatuh mendekati 6,80 per dollar AS. Kurs yuan itu terlemah dalam setahun terakhir. Kurs yuan telah merosot sekitar 7,5% sejak kuartal I 2018. AS mensinyalir Bank Sentral China menunjukkan sedikit tanda intervensi untuk membendung pelemahan yuan.

Front baru dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut bisa menimbulkan konsekuensi mengerikan. Analis menyebut, segala sesuatu mulai dari saham, harga minyak hingga aset di pasar berkembang alias emerging markets bisa berada dalam level bahaya.

"Risiko nyata adalah bahwa kita memiliki perdagangan global dan kerjasama mata uang global. Retorika Trump selama 24 jam terakhir tentu saja mengalihkan ini dari perang dagang ke perang mata uang," Kata  Jens Nordvig, CEO dan pendiri Exante Data LLC seperti dikutip Bloomberg.

Keputusan China mendevaluasi mata uangnya pada tahun 2015 silam merupakan contoh nyata efek penurunan mata uang. Menurut Robin Brooks, Kepala Ekonom Institute of International Finance dan mantan Kepala Strategi Mata Uang di Goldman Sachs Group Inc, devaluasi mata uang membuat aset berisiko dan harga minyak akan cenderung jatuh karena kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekomomi dan memukul mata uang negara-negara pengekspor komoditas.

"Bank-bank sentral Asia pada awalnya akan mencoba membendung kelemahan mata uang melalui intervensi. Tapi kemudian bank-bank sentral Asia mundur," kata Brooks.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin seperti dikutip Reuters mengatakan, AS memantau pelemahan mata uang yuan dan akan menelisik apakah China sengaja memanipulasi yuan. Menurutnya, tidak diragukan lagi bahwa melemahnya mata uang yuan menciptakan keuntungan yang tidak adil bagi China.

Ditanya apakah AS khawatir China mungkin menggunakan mata uangnya sebagai senjata dalam perang dagang yang kian panas dengan AS? Mnuchin mengatakan: “Saya tidak mengatakan apakah itu senjata atau bukan senjata. Kami akan meninjau dengan sangat hati-hati apakah mereka telah memanipulasi mata uang," kata Mnuchin seperti dilaporkan Reuters.

Mnuchin menambahkan, pemerintahan Trump terbuka untuk kesepakatan perdagangan dan mengakhiri pengenaan tarif barang-barang dari China.  Tetapi dengan syarat, jika China tulus  membuat perubahan yang berarti terhadap transfer teknologi dan kebijakan usaha patungan di China. 

"Kami ingin China bermain sesuai aturan. Dan itu berarti, tidak transfer teknologi secara paksa, tidak membuat usaha patungan secara paksa dan memberi kami peluang bersaing secara adil," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×