kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Grup Astra memangkas belanja modal tahun ini


Senin, 05 November 2012 / 06:07 WIB
Grup Astra memangkas belanja modal tahun ini
ILUSTRASI. Inilah Penyebab dan 4 Tanda Skincare Kadaluarsa


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

BANDUNG. Perlambatan ekonomi global ikut mempengaruhi roda bisnis Grup Astra. Manajemen PT Astra Internasional Tbk memangkas target belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini menjadi Rp 15 triliun. Semula, emiten berkode saham ASII ini memproyeksikan capex 2012 mencapai Rp 17 triliun.

"Kami merevisi target karena melihat perkembangan terkini, terutama bisnis anak usaha PT United Tractors Tbk," ucap Chief of Group Treasury and Investor Relations ASII, Iwan Hadiantoro, dalam acara Workshop Wartawan Pasar Modal 2012 di Bandung, Jumat (2/11) lalu.

Hingga akhir September 2012, Grup Astra telah merealisasikan belanja modal senilai Rp 11 triliun. Sebagian besar capex Grup Astra dipakai untuk ekspansi anak usaha. Ambil contoh, United Tractors (UNTR) menyerap capex senilai Rp 5 triliun dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) telah menggunakan Rp 2 triliun.

ASII juga memakai Rp 1 triliun untuk memperluas jaringan distributor dan diler kendaraan serta Rp 1 triliun lagi untuk menambah unit kendaraan rental milik PT Serasi Autoraya dengan brand Astra Rent a Car (TRAC). Sisa belanja modal untuk mengembangkan bisnis jalan tol yang dikelola PT Astratel Nusantara.

Presiden Direktur UNTR, Djoko Pranoto, mengakui permintaan industri alat berat nasional tahun ini melemah. Hal itu dipicu merosotnya harga komoditas global, terutama batubara. Sepanjang 2011, permintaan alat berat nasional mencapai 17.500 unit. Sedangkan permintaan sampai akhir September 2012 baru sebanyak 12.400 unit.

Sepanjang tahun ini, permintaan alat berat nasional diperkirakan mencapai 14.000 unit - 14.500 unit. Jumlah ini melemah 17% hingga 20% dibandingkan posisi tahun lalu. Dari jumlah itu, pangsa pasar UNTR sepanjang 2012 berkisar 44%-45% atau setara 6.160 unit hingga 6.525 unit. Jadi, penjualan alat berat UNTR selama 2012 bakal menyusut 23%-28% dibandingkan penjualan tahun lalu yang mencapai 8.500 unit.

Meski penjualan alat berat terpuruk, UNTR masih bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan suku cadang (spare parts) dan jasa servis alat berat. Pada 2011, UNTR meraih Rp 6,1 triliun dari penjualan spare parts dan jasa servis. Di tahun ini, manajemen menargetkan pertumbuhan 20% atau mencapai Rp 7,32 triliun.

Menurut Djoko, apabila pelanggan menunda membeli unit alat berat, mereka berusaha menambah masa pakai alat berat. "Otomatis pembelian spare parts akan meningkat," ungkap dia.

Meski penjualan alat berat UNTR diprediksi melemah, Analis Kim Eng Securities, Pandu Anugerah, tetap mengerek proyeksi laba bersih ASII untuk 2013 dan 2014 masing-masing 4% menjadi Rp 22,37 triliun dan Rp 25,97 triliun. "Ini untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualan mobil sebesar 16%," tulis Pandu, dalam riset per 25 Oktober 2012.

Dia merekomendasikan buy ASII dengan target Rp 8.800 per saham. Harga saham ASII, Jumat lalu, di posisi Rp 7.900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×