kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GOTO Membantah Kabar Merger dengan Grab, Ini Kata Analis


Rabu, 14 Februari 2024 / 12:11 WIB
GOTO Membantah Kabar Merger dengan Grab, Ini Kata Analis
ILUSTRASI. Pengemudi Gojek menanti penumpang di kawasan Stasiun Palmerah, Jakarta (31/1/2024). (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Ahmad Febrian, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rumor di kalangan pelaku pasar yang menyebutkan Gojek dan Grab akan melakukan penggabungan bisnis terus bergulir. Sumber Bloomberg menyebutkan kedua pemain besar yang saling berkompetisi selama belasan tahun silam itu telah memulai kembali perundingan. Sebelumya memang pernah berhembus rumor merger Gojek dan Grab pada awal Desember 2020 lalu. 

Sinta Setyaningsih, Head of Corporate Communications GoTo menegaskan, saat ini tidak ada diskusi terkait hal tersebut. "Kami tidak dapat menanggapi informasi yang bersifat rumor. Saat ini tidak ada diskusi terkait hal itu," katanya dalam pernyataan tertulis, Selasa (13/2).

Sinta menjelaskan setelah dekonsolidasi Tokopedia, GOTO justru memiliki arus kas yang sangat kuat untuk masuk kembali ke jalur cepat pertumbuhan di bisnis on demand service dan finansial (GoTo finansial). “GoTo saat ini memiliki fundamental dan posisi keuangan yang semakin kuat. Kami telah berhasil mencapai target Adjusted EBITDA positif di Q4 2023. Arus kas kami juga semakin kuat dengan adanya revenue fee tiap kuartal dari Tokopedia,” kata Sinta.

Manajemen GOTO fokus mengembangkan bisnis dengan mengoptimalkan sinergi ekosistem. “Fokus kami ke depan adalah bertumbuh secara sehat dan meraih profitabilitas dengan mendorong pengembangan bisnis dan inovasi produk on demand service dan fintech,” tambah Sinta.

Analis Panin Sekuritas, Rizal Rafly menilai, wajar sikap manajemen GOTO yang tidak terlalu antusias dengan proposal merger. Salah satu pemicunya, setelah Tiktok masuk ke Tokopedia, fundamental GOTO bukan hanya membaik, juga meningkatkan daya saing perusahaan di segmen bisnis lain. 

“Setelah mendapatkan back up yang kuat di bisnis e-commerce, GOTO kini dapat memfokuskan semua energinya di bisnis on demand service (Gojek) dan fintech (GoTo Finansial). Termasuk kembali ekspansi untuk menggenjot pertumbuhan dan memaksimalkan take rate” kata Rizal Rafly.

Baca Juga: GOTO Membantah Bakal Merger dengan Grab

Jadi, tidak ada alasan mendesak bagi GOTO untuk menggabungkan bisnis on demand service. “Justru GOTO memiliki kesempatan terbaik untuk memonetisasi semua potensi bisnis dalam ekosistem setelah masuknya Tiktok. Potensi merger pada segmen  GOTO akan semakin menguatkan posisi GOTO dalam menjadi penguasa pangsa pasar ODS di kawasan Asean, serta akan berdampak positif juga pada GTF” katanya.

Menurut Rizal Rafly, kalaupun terjadi proses merger, GOTO memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Apalagi potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar di kawasan.  “Jika opsinya adalah berbagi pasar, maka paling mungkin adalah Gojek mengakuisisi aset Grab di Indonesia,” katanya. 

Yang paling menarik adalah skema transaksinya. Rizal Rafly meyakini, GOTO akan tetap mempertahankan pengendalian terhadap Gojek. “Di meja perundingan (jika memang bakal terjadi), GOTO punya banyak alasan untuk memiliki posisi tawar yang jauh lebih kuat. mengingat Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di kawasan dan Gojek superior di bisnis ODS,” kata Rizal Rafly.

Di sisi lain, Head Of Research Mega  Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya melihat dampak kolaborasi GOTO dengan TiktopShop masih belum terlihat. Menurutnya, masih butuh waktu untuk melihat hasil dari kolaborasi tersebut. Karenanya, ia memproyeksikan kinerja GOTO masih akan mencatatkan rugi bersih, kendati akan ada progres perbaikan. 

Menurut Cheril, rugi bersih GOTO tahun ini masih dari persaingan yang masih ketat dan beban keuangan yang besar. "Kami lihat masih perlu waktu sampai tahun 2025 untuk mencapai laba positif," ujarnya ke KONTAN (13/2).

Yang pasti, kolaborasi dengan Tiktok dinilai akan meningkatkan pendapatan perseroan dengan biaya promosi yang lebih efisien. Selain itu juga akan meningkatkan brand awareness GOTO.

Analis Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda juga berpandangan bahwa GOTO masih akan mencatatkan kinerja rugi bersih. Sebab ia menilai masih terdapat sejumlah sentimen negatif yang akan mempengaruhi kinerja perseroan ini.

Ketidakpastian ekonomi global dapat berdampak negatif pada Indonesia, sehingga dapat terjadinya penurunan permintaan terhadap layanan GOTO. 
Lalu kenaikan harga bahan bakar dapat menekan margin keuntungan GOTO terutama bisnis transportasi online. "Makro ekonomi juga akan mempengaruhi kinerja keuangan GOTO," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×