Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak pertengahan Desember tahun lalu sampai kini rupiah masih dalam tren menguat. Penguatan rupiah ini menjadi sentimen positif bagi harga saham emiten yang kinerjanya berkaitan dengan impor.
Salah satunya adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor. Penguatan rupiah akan membantu KLBF untuk mendapat harga bahan baku dengan lebih murah.
“Harga saham KLBF berdampak positif sekitar 0,71%,” kata Robert Sebastian, analis Ciptadana Sekuritas Asia dalam risetnya 9 Januari 2019.
Berarti, jika rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) harga saham KLBF cenderung bergerak ke arah yang sama, begitupun sebaliknya.
Robert memprediksi rupiah berada di kisaran Rp 14.777 per dollar AS sampai akhir tahun 2019. Dengan rata-rata kurs Rp 15.073 per dollar AS. Kisaran rupiah ini sudah memperhitungkan efek dari rencana The Fed menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini yaitu di level 2,75%-3%.
Di awal tahun ini The Fed belum menaikkan suku bunga di tengah gejolak Brexit serta perang dagang AS dan China. Makanya Robert berhati-hati pada arah rupiah di ambang ketidakpastian The Fed.
Meski begitu, ada beberapa tantangan ke depan salah satu tantangan utama bagi industri farmasi adalah bahan impor. Pada dasarnya korelasi kurs rupiah terhadap KLBF terkait bahan baku. Pasalnya sekitar 90% bahan baku KLBF dari impor, proporsinya tergantung pada fluktuasi kurs.
“Ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, rasio laba kotor terhadap pendapatan KLBF terus menurun sejak kuartal I-2018,” Robert dalam risetnya.
Selain itu, peraturan dalam tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga menjadi menjadi harapan bagi kinerja KLBF tahun ini. Hal ini guna mengurangi porsi impor industri. Akan ada 4 variabel yang harus dipertimbangkan yaitu, aktif bahan 30%, penelitian dan pengembangan 25%, bahan berbasis olahan 35%, dan pengemasan 10%.
Namun, Kementerian Perindustrian masih menggodok aturan TKDN itu. Sebab masih ada beberapa tahapan ke depan, sebelum sepenuhnya dijalankan.
Ia melihat bahwa pertumbuhan segmen farmasi pada 2019 akan tetap flat. Adapun proyeksi pendapatan KLBF sebesar Rp 22,017 triliun sampai dengan akhir tahun 2019. Angka ini naik 5,2% dari prediksi pendapatan tahun lalu senilai Rp 20,929 triliun.
Robert merekomendasikan hold saham KLBF dengan target price Rp 1.500 per saham sampai dengan akhir tahun. “Faktor depresiasi rupiah akan tetap berlangsung sepanjang tahun ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News