Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Ruisa Khoiriyah
JAKARTA. Rencana PT Global Teleshop untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), jalan terus. Jika tidak ada halangan, perusahan ritel telekomunikasi ini akan melepas saham sebanyak-banyaknya 111.112.000 saham, setara 10% dari modal ditepatkan dan disetor perseroan setelah initial public offering (IPO).Harga penawaran ditetapkan di kisaran Rp 1.000-Rp 1.150 per saham. Alhasil, potensi dana IPO yang bisa diraup mencapai Rp 110 miliar-Rp 120 miliar.
Langkah IPO ini diyakini akan mengangkat kinerja perusahaan. Sebagian dana hasil IPO tersebut akan digunakan perseroan untuk ekspansi pembukaan toko baru. Perusahaan menargetkan bisa membuka 60-100 toko baru tahun ini dengan dengan nilai investasi Rp 40 miliar-Rp 50 miliar.
"Nilai investasi tersebut akan dipenuhi 60% dari dana hasil IPO dan sisanya yang 40% dari kas internal kami," ujar Presiden Direktur Global Teleshop Evy Soenarjo, Selasa (19/6).
Penambahan toko baru tersebut diperkirakan bisa menaikkan penjualan, baik untuk telepon selular ataupun SIM starter pack dan voucher.Dengan demikian, pendapatan perusahaan juga bisa terkerek.
Januar chandra, Direktur Keuangan Global Teleshop, mengatakan, Global menargetkan pendapatan bisa naik mencapai Rp 3,1 triliun atau naik dibandingkan akhir tahun lalu yang hanya sekitar Rp 1,8 triliun. Adapun untuk laba bersih ditargetkan bisa mencapai Rp 120 miliar di akhir 2012 atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya RP 78 miliar.
"Kuartal I 2012 ini, total penjualan mencapai Rp 680 miliar. Biasanya di kuartal I memang cenderung sepi, nanti penjualan akan ramai di bulan puasa, Lebaran dan tahun baru," ujar dia.
Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada, menilai, saham Global Teleshop rawan diwarnai profit taking dari investor setelah IPO nanti. "Mungkin akan naik beberapa poin lalu langsung profit taking seperti saham ERAA (PT Erajaya Swasembada tbk) dan TELE (PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk) saat IPO dulu," ujar dia.
Kendati demikian, menurut dia perusahaan di sektor tersebut masih menarik. Sebab, minat investor untuk berbelanja gadget semakin tinggi dari tahun ketahun. Hal tersebut akan menopang pendapatan dan kinerja perusahaan. "Prospek perusahaannya akan bagus. Namun kalau harga saham saat IPO tidak sesuai dengan minat investor, ya hasilnya akan jeblok,' ujar dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News