Reporter: Mahmudi Restyanto | Editor: Edy Can
JAKARTA. Rencana pemerintah menerbitkan obligasi global senilai US$ 2,5 miliar turut menggairahkan pasar surat utang negara (SUN) berdenominasi rupiah.
Harga sejumlah SUN acuan meningkat, Jumat (29/4). Harga SUN seri FR53 yang jatuh tempo pada Juli 2021, misalnya, naik 0,73% menjadi 103,05. Harga SUN seri FR55 yang jatuh tempo September 2016 juga naik 0,35% menuju 101,65.
Para analis melihat, rencana penerbitan global bond akan berimbas positif bagi pasar obligasi domestik. Minat investor untuk mendekap global bond memang begitu tinggi. Obligasi yang ditawarkan dengan imbal hasil 5,1% ini telah kelebihan permintaan hingga 2,76 kali.
Analis Obligasi Trimegah Securities, Imam MS, menilai, peningkatan penawaran global bond bisa menjadi acuan untuk penerbitan obligasi lain. "Apalagi harga yang ditawarkan sudah dalam pricing investment grade," ujar dia.
Analis Obligasi NC Securities, I Made Adi Saputra, menambahkan, kelebihan penawaran sebenarnya bisa dialihkan ke seri lain yang juga menawarkan imbal hasil menarik. Dia mencontohkan obligasi global lain yang jatuh tempo pada 2020 dengan yield 4,6% dan kupon 5,875%.
Obligasi ini cukup menarik untuk investor. "Kupon obligasi ini lebih tinggi dari obligasi global pemerintah yang akan terbit," kata I Made.
Ada lagi obligasi global dengan masa jatuh tempo hingga 2035. Surat utang ini bisa menjadi alternatif bagi investor lantaran menawarkan kupon 8,5% dan yield 6,05%.
Dengan penawaran yang masuk hampir tiga kali lipat, para analis melihat dana asing akan mengalir semakin deras ke pasar keuangan Indonesia. I Made bilang, investor mancanegara saat ini lebih banyak berinvestasi di negara-negara berkembang dengan ekonomi yang baik. "Dana akan masuk ke obligasi valas dan rupiah," imbuh dia.
Namun pemerintah tetap harus berhati-hati dengan perkembangan terkini dari pasar global. Misalnya, apabila suku bunga Amerika Serikat naik, investor bisa mengalihkan dananya kembali ke AS karena imbal hasilnya tinggi.
Meski demikian, peluang AS menaikkan suku bunga dalam waktu dekat sangat kecil. "Karena kondisi perekonomian mereka masih belum pulih," ujar I Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News