Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) layak menjadi perhatian pelaku pasar. Di samping getol menggelar aksi korporasi dan restrukturisasi, sejumlah katalis juga mengiringi perusahaan pelat merah.
Aksi terbaru, Mining Industri Indonesia (MIND ID) resmi mengakuisisi 14% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Langkah ini menambah kepemilikan holding tambang BUMN tersebut dari sebelumnya 20% menjadi 34% atas saham INCO.
Meski kepemilikan saham bertambah, tapi MIND ID tidak menjadi pengendali utama INCO. MIND ID akan menjalankan kontrol bersama atau joint control over corporation dengan pemegang saham dominan lainnya, yakni Vale Canada Limited.
Pasar pun merespons aksi ini, dimana harga saham INCO melonjak 3,92% ke level Rp 3.980 pada perdagangan Selasa (27/2). Tapi sayangnya, pasar menunjukkan respons yang berbeda pada saham emiten tambang anak usaha MIND ID.
Khususnya pada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang relatif punya bisnis sejenis dengan INCO pada komoditas nikel. Pada hari yang sama, saham ANTM ambles 2,31% ke posisi harga Rp 1.480.
Baca Juga: Menanti Tuah Maraknya Aksi Korporasi di BUMN
Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah mengamati akuisisi saham INCO oleh MIND ID tidak berpengaruh signifikan bagi saham-saham emiten tambang BUMN. Pelaku pasar lebih fokus mencermati fluktuasi harga komoditas yang menjadi faktor krusial penggerak saham emiten tambang.
Sementara pasar melihat akuisisi oleh MIND ID berpotensi membawa dampak positif bagi INCO. "(Penguatan harga saham INCO) merepresentasikan keyakinan investor. Bergabungnya INCO di MIND ID berpeluang memberikan dukungan dan membantu INCO meningkatkan keunggulan kompetitifnya," ungkap Nurwachidah kepada Kontan.co.id, Selasa (27/2).
Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla menilai akuisisi MIND ID terhadap INCO berpotensi memengaruhi persepsi investor terhadap saham BUMN tambang lainnya. Namun, investor akan terlebih dulu memperhatikan bagaimana MIND ID mengelola portofolio sahamnya.
Apalagi jika akuisisi ini bisa membawa dampak terhadap industri yang lebih luas. "Dengan bertambahnya kepemilikan saham MIND ID diharapkan bisa memaksimalkan hilirisasi nikel di indonesia," ujar Thoriq.
Baca Juga: Awas! Harga Pangan Masih Liar Menjelang Ramadan
Associate Director Jasa Utama Capital Sekuritas Hadrian Maynard mengamini akuisisi INCO oleh MIND ID membawa dampak yang terbatas bagi pergerakan saham BUMN tambang. Namun optimisme pada sektor ini bisa terus tumbuh dengan mencermati keputusan strategis yang bakal diambil MIND ID.
Selain akuisisi, Hadrian juga menyoroti aksi BUMN lain yakni berupa restrukturisasi utang pada sejumlah emiten plat merah. Terbaru, restrukturisasi sedang dilakukan pada BUMN Karya yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Sebelumnya, BUMN melakukan restrukturisasi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Dari sisi prospek saham, Hadrian mengingatkan agar investor perlu cermat melihat sejauh mana progres restrukturisasi dan indikator performa fundamental keuangan emiten BUMN tersebut.
"Investor disarankan untuk mengadopsi strategi wait and see, sekaligus mencari momentum yang tepat dengan memperhatikan konfirmasi volume sebelum membuat langkah investasi," sambung Hadrian.
Baca Juga: Selain Empat Bank Besar, Saham Defensif Penghuni Indeks LQ45 Ini Layak Untuk Dilirik
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat, butuh waktu sebagai pembuktian sejauh mana restrukturisasi yang dilakukan bisa menyehatkan fundamental dan kinerja keuangan emiten. Dus, saat ini Reza tidak menyarankan untuk memilih saham-saham BUMN yang sedang melakukan restrukturisasi.
"Ibaratnya begini, daripada menunggu kepastian yang lama, lebih baik masuk yang sudah pasti seperti di saham-saham perbankan BUMN," kata Reza.
Hadrian turut melirik saham bank BUMN yang menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan yang signifikan. Terlebih sebentar lagi memasuki musim pembagian dividen yang bisa menambah daya tarik pelaku pasar terhadap saham perbankan.
Jika emiten bank terdongkrak sentimen dividen, prospek emiten BUMN infrastruktur diprediksi bakal kembali terdongkrak pasca Pemilihan Presiden (Pilpres). Angin segar bakal datang bagi BUMN di sektor infrastruktur ketika proyek-proyek pembangunan seperti Ibu Kota Negara (IKN) berlanjut pada pemerintahan selanjutnya.
Hal ini akan menjadi katalis pendongkrak bagi emiten terkait infrastruktur seperti PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR). Namun, Reza mengingatkan agar investor tetap cermat. Misalnya dalam menilik termin pembayaran dan posisi cash flow perusahaan saat mendapatkan proyek jumbo.
Baca Juga: Tambah 14% Saham, MIND ID Jadi Pemegang Saham Terbesar Vale Indonesia (INCO)
Masih dari sektor infrastruktur, Thoriq menilai PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) punya momentum yang menarik menjelang musim mudik Idul Fitri. Lonjakan lalu lintas dan penggunaan jalan tol akan menjadi pendorong laju kinerja JSMR. Dus, Thoriq menilai JSMR layak koleksi dengan target harga di Rp 5.800.
Selain JSMR, Thoriq melirik saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). Target harga masing-masing berada di level Rp 6.325 dan Rp 1.510.
Sementara Hadrian melihat potensi trading buy untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Cermati support area di Rp 6.900 dan resistance pada level Rp 7.400 untuk BMRI. Sedangkan support BBNI ada di Rp 5.800 dengan target harga di Rp 6.225.
Reza juga menjagokan saham perbankan BUMN, yakni BBRI, BMRI, BBNI, BBTN dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Saham pilihan lainnya adalah JSMR, ANTM, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan trading buy untuk GIAA mencermati support di Rp 64 dan target harga pada Rp 76 - Rp 82. Kemudian, trading buy untuk saham BMRI (support: Rp 6.950), BBRI (support: Rp 6.050) dan BBNI (support: Rp 5.800).
Target harga untuk BMRI, BBRI dan BBNI masing-masing ada pada level Rp 7.250, Rp 6.300, dan Rp 6.125. Selain itu, Herditya menyarankan wait and see terhadap saham KRAS dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News