Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terus menggenjot bisnis emas. Pada akhir tahun lalu, BRMS mulai mengoperasikan pabrik emas kedua dengan utilisasi 200 ton bijih hingga 500 ton bijih per hari.
Direktur BRMS Herwin Hidayat mengatakan, utilisasi pabrik emas kedua ini ditargetkan meningkat ke level 1.000 ton bijih per hai pada Februari-Maret tahun ini. "Pada April-Juni 2023 harapannya kapasitas pabrik kedua tersebut meningkat ke level 2.000 ton bijih per hari," ungkap Herwin kepada Kontan, Senin (23/1).
Herwin melanjutkan, utilisasi pabrik kedua ini pun diharapkan dapat mencapai kapasitas penuh sebesar 4.000 ton bijih per hari pada Juli tahun ini.
Tidak berhenti disitu, BRMS pun menargetkan pembangunan pabrik emas ketiga dan keempat dengan kapasitas masing-masing 4.000 ton bijih per hari dan 2.000 ton bijih per hari.
Pabrik emas ketiga yang berlokasi di Palu dan pabrik keempat yang berlokasi di Gorontalo ini diharapkan rampung pada semester pertama tahun 2024 mendatang.
"Artinya mulai dapat beroperasi di semester kedua tahun 2024 dengan level produksi yang meningkat berkala sampai mencapai kapasitas penuh masing-masing pabrik," jelas Herwin.
Baca Juga: Emiten Logam & Emas Berseri, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Berikut
Herwin melanjutkan, sejak tahun 2020 produksi emas BRMS terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini didukung kehadiran pabrik baru.
Sebagai gambaran, produksi emas pada tahun 2020 mencapai 2.200 Oz emas, jumlah ini meningkat menjadi 4.300 Oz pada 2021 dan mencapai sekitar 5.000 Oz pada tahun 2022 lalu.
"Harapannya di 2023 produksi emas bisa meningkat di atas 25.000 Oz dan di 2024 naik lagi ke level di atas 40.000 Oz," imbuh Herwin.
Peningkatan produksi ditargetkan terus terjadi hingga level 80.000 Oz emas per tahun di masa mendatang.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengungkapkan, kinerja BRMS mungkin memang akan terdorong sentimen kenaikan harga emas. Meski demikian, pengaruhnya dinilai belum akan signifikan.
Setidaknya, ada dua hal yang mempengaruhi kondisi ini. Pertama, aset komoditas mineral milik BRMS tergolong cukup banyak. Sejumlah aset tersebut pun kini masih dalam tahapan eksplorasi.
Kedua, tingkat utang BRMS yang dinilai masih tinggi.
Menurutnya, eksplorasi komoditas mineral yang dilakukan selama ini memang membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu, investasi ini bersifat jangka panjang.
"Sekarang (emas) mulai menghasilkan, sudah ada cashflow berarti sudah bisa dimulai lunasi utang-utangnya," kata Teguh kepada Kontan, Senin (23/1).
Menurutnya, strategi saat ini adalah wait and see sembari menanti perbaikan kinerja. "Kalau memang kinerjanya nanti bagus, pada harga sekarang juga oke. Tapi terakhir kinerjanya masih belum bagus, jadi kita tunggu dulu perkembangannya," jelas Teguh.
BRMS membukukan pendapatan senilai US$ 8,32 juta per akhir September 2022. Angka ini naik tipis 1,03% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 8,25 juta.
Dari sisi bottomline, BRMS membukukan laba bersih senilai US$ 6,47 juta, naik 5,80% dari laba bersih di periode yang sama tahun 2021 sebesar US$ 6,11 juta.
Sementara itu, total liabilitas BRMS hingga kuartal III 2022 tercatat sebesar US$ 153,16 juta. Jumlah ini terdiri dari liabilitas jangka panjang sebesar US$ 62,14 juta dan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 91,02 juta.
Baca Juga: Dianggap Prospektif, Simak Rekomendasi Saham Bumi Resources Mineral (BRMS) Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News