kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Gas alam masih dalam tren bearish


Kamis, 03 Agustus 2017 / 20:13 WIB
Gas alam masih dalam tren bearish


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Harga komoditas gas alam masih dibayangi sentimen negatif. Meski harga sudah meranjak naik pasca menyentuh level terendah sejak Mei 2016 di harga US$ 2,794 per mmbtu, para analis memperkirakan penguatan ini tak akan berlangsung lama. Gas alam masih tertekan isu pasokan dan cuaca.

Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoin Futures melihat sebenarnya saat ini gas alam sedang berada dalam posisi sideways. Walaupun berangsur-angsur mulai membaik, tetapi pasar masih bersikap wait and see menanti rilis cadangan gas alam Amerika Serikat (AS).

Energy Information Administration (EIA) akan menyampaikan adanya kenaikan cadangan gas alam di pekan lalu dari 17 miliar kaki kubik menjadi 23 miliar kaki kubik. “Jika sesuai ekspektasi bisa jadi harga gas alam akan kembali tertekan,” terangnya kepada KONTAN, Kamis (3/8).

Selain faktor cadangan, kata Andri kondisi cuaca musim panas yang tidak sepanas biasanya di AS juga berpeluang akan menekan permintaan. Menurutnya persoalan cuaca ini menjadi penting karena 50% konsumsi gas alam dilakukan  aktivitas rumah tangga.  

Tak hanya AS, sentimen negatif juga datang dari Jepang. Setelah ada permintaan gas alam karena ada kebocoran reaktor nuklir beberapa waktu lalu, kini negeri matahari terbit itu malah mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir sehingga permintaan kembali turun.

“Sampai akhir kuartal III kemungkinan harganya bergerak dikisaran US$ 2.600 – US$ 2.700 per mmbtu,” cetusnya.

Walaupun saat ini pasokan gas alam dari Qatar tengah terganggu akibat sanksi udara yang diberlakukan Arab Saudi, tetapi menurut Andri hal itu tidak akan mempengaruhi pegerakan harga gas alam. Harga komoditas energi itu lebih dipengaruhi dari kondisi cadangan dan konsumsi di AS. “Kalau EIA merilis cadangan gas alam terus bertambah harga bisa terus tertekan,” timpalnya.

Sedangkan untuk Jumat (4/8) Andri menebak harga gas alam akan bergerak pada kisaran US$ 2.750 – US$ 2.830 per mmbtu. Kemudian sepekan berikutnya bergerak pada kisaran US$ 2.710 – US$ 2.900 per mmbtu.

Secara teknikal saat ini harga gas alam bergerak diatas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif 0,0,04.

Indikator relative strength index (RSI) bergerak naik di level 38 dan indikator stochastic bergerak naik di level 28,5. Meski kondisi fundamental memberi sinyal koreksi tetapi secara teknikal seluruh indikator mengisyaratkan penguatan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×