kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gas alam diproyeksi mendaki hingga semester I-2018


Selasa, 31 Oktober 2017 / 21:21 WIB
Gas alam diproyeksi mendaki hingga semester I-2018


Reporter: Nathania Pessak | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kestabilan harga minyak rupanya memberi suntikan tenaga bagi gas alam. Alhasil, harga gas alam dalam perdagangan hari ini pun menguat 0,51% per pukul 16.50 WIB ke level US$ 2,981 per mmbtu.

"Kalau harga minyak tinggi, batubara juga ikut tinggi. Implikasinya juga ke gas alam. Saat ini komoditas energi cenderung naik," papar Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, Selasa (31/10).

Selain itu, Andri juga menilai, kenaikan ini ditopang oleh proyeksi Bank Dunia yang mengatakan rata-rata harga gas alam dunia akan meningkat ke US$ 3,19 per mmbtu di 2018. Angka ini lebih tinggi dari prediksi di tahun 2017 yang hanya ada di area US$ 3,03 per mmbtu.

"Kenaikan ini meliputi di Asia, Eropa, dan AS," imbuh Andri.

Lanjut Andri, gas alam diramal masih akan bullish hingga semester I-2018, sebab permintaan akan komoditas ini masih berpotensi meningkat. "Gas alam ini kan digunakan sebagai salah satu energi terbarukan," timpal Andri.

Namun, Andri juga mengingatkan, gas alam memiliki banyak tantangan dalam mempertahankan laju harga.

"Faktor cuaca masih jadi salah satu sentimen yang sangat beperngaruh bagi harga. Jika cuaca di musim dingin mendatang cenderung lebih hangat dan tidak terlalu dingin, maka permintaan bisa saja berkurang," jelas Andri.

Dus, rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin melakukan revitalisasi batubara juga bisa saja menjadi katalis negatif bagi harga bila benar direalisasikan.

"Harga gas alam juga akan bergantung pada harga minyak. Jika ke depan OPEC masih bisa mempertahankan programnya, harga akan bertahan menguat. Jika tidak, harga bisa saja berbalik turun lagi," tandas Andri.

Prediksi Andri, besok (1/11) harga masih berpeluang lanjutkan penguatan di rentang US$ 2,950 - US$ 3,015 per mmbtu. Begitu juga sepekan ke depan harga akan bergerak di kisaran US$ 2,890 - US$ 3,080 per mmbtu.

Secara teknikal, indikator moving average (MA) 50 dan MA100 mengindikasi sinyal beli. Sementara, MA200 dan moving average convergence divergence (MACD) memberikan sinyal jual. Kemudian, relative strength index (RSI) berada di area 54,5 dan netral. Stochastic mengindikasi sinyal beli di level 65,5.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×