Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk mencatat laba bersih di kuartal I 2019 sebesar US$ 20,48 juta. Pada periode yang sama tahun lalu, emiten berkode saham GIAA ini mencatatkan rugi bersih US$ 65,34 juta.
Laba bersih ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan. Pada kuartal I-2019, GIAA membukukan pendapatan US$ 1,09 miliar, naik2,7% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 983 juta.
Mengutip laporan keuangan GIAA, kenaikan pendapatan GIAA itu ditunjang oleh lini pendapatan layanan penerbangan berjadwal sebesar US$ 924,93 juta atau tumbuh 11,64% dibandingkan pada kuartal I 2018. Sedangkan pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal sebesar US$ 2,86 juta, turun 85,52% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 19,76 juta. Sedangkan pendapatan lainnya tercatat sebesar US$ 171,75 juta, naik 27,47% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 134,73 juta.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan kinerja positif ini merupakan hasil dari upaya perbaikan yang selama ini dilakukan. "Namun tetap mengutamakan safety," katanya dalam siaran pers Kamis (18/4).
Upaya perbaikan menurut Fuad dilakukan dengan program efisiensi dan efektivitas yang berkelanjutan. Optimalisasi aspek cost structure dan adjustment pada produksi yang menyesuaikan permintaan membuat keuangan lebih positif utamanya dalam memperhitungkan biaya avtur.
Garuda Indonesia juga melakukan renegosiasi biaya leasing armada secara berkelanjutan yang berhasil menekan biaya leasing pesawat hingga 30%. "Nilai itu setara US$ 60 juta," tambah Fuad.
Dari aspek operasional, Direktur Operasi Garuda Indonesia Bambang Adi Surya Angkasa mengatakan, selama kuartal I-2019 Garuda Indonesia mencatat jumlah angkutan penumpang sebanyak 7,7 juta penumpang. "Jumlah itu terdiri dari 4,6 juta penumpang Garuda Indonesia dan 3,1 juta penumpang Citilink Indonesia," jelas Bambang.
Tingkat keterisian kursi atau seat load factor pada kuartal I 2019 juga tumbuh 3,5% menjadi rata-rata 73,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara pada Citilink, tingkat keterisian kursi tumbuh1,3% menjadi 77,4%.
Untuk tingkat on time performance, Garuda Indonesia juga mencatat kinerja yang semakin positif. Berdasarkan lembaga pemeringkatan on time performance independen, OAG Flightview, Garuda Indonesia mencatat OTP tertinggi selama periode Desember 2018 sampai Februari 2019 dengan catatan di atas 95%.
Hasil kerjasama operasi Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air melalui anak usahanya, Citilink juga memberikan dampak positif.
Pendapatan Sriwijaya Air selama periode kuartal I-2019 tumbuh 43,7% dibanding periode yang sama tahun 2018. Laba bersih Sriwijaya Air juga meningkat 108,5% pada kuartal I 2019 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News