kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Garap pasar Timur Tengah, Kimia Farma bangun pabrik di Saudi


Kamis, 19 April 2018 / 19:47 WIB
Garap pasar Timur Tengah, Kimia Farma bangun pabrik di Saudi
ILUSTRASI. Apotik Kimia Farma


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara Timur Tengah dan Afrika jadi pasar seksi bagi industri farmasi. Maklum, kedua kawasan ini memenuhi kebutuhan obatnya dengan porsi impor yang cukup besar.

Demi menggarap potensi konsumen di sana, perusahaan farmasi PT Kimia Farma Tbk tengah mempersiapkan pembangunan pabrik farmasi. Di sana, Kimia Farma akan menggandeng Marei Bin Mahfouz Group, perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan perdagangan.

Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir menargetkan, tahun ini sudah tercapai kesepakatan antara kedua perusahaan yang berkongsi itu. "Setelah Lebaran kami akan kirim tim ke sana," ujarnya, Kamis (19/4).

Honesti menambahkan, tak mudah membangun fasilitas pabrik farmasi. Selain pembangunan fisik yang membutuhkan waktu paling cepat dua tahun, perseroan juga harus mengurus sejumlah sertifikasi untuk mendapat perizinan untuk mengedarkan obat.

"Kalau berkaca dari Indonesia, bangun pabrik farmasi bisa memakan waktu sekitar tiga tahun, tapi mudah-mudahan ada short cut yang diberikan jadi bisa lebih cepat," ujar Honesti.

Selain punya potensi pasar tinggi, Honesti bilang, perizinan di Timur Tengah juga lebih ringkas. Untuk dapat mengedarkan obat di Tmur Tengah dan beberapa negara di kawasan Afrika, Kimia Farma hanya memerlukan satu lisensi izin edar yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi.

"Jadi, perizinan lebih ringkas daripada kami membangun di kawasan lain," ujarnya.

Meski belum menyebut nilai investasi di Arab Saudi, kata Honesti, berdasarkan pengalaman KAEF membangun pabrik di Indonesia dana minimum yang dibutuhkan sebesar Rp 1,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×