Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Di sisi yang lain, INCO bersiap untuk membuka keran pendapatan baru dengan menjual bijih nikel ke pasar domestik atau smelter di dalam negeri. Penjualan bijih nikel ini juga telah disepakati INCO bersama pemegang saham terbesarnya saat ini, yakni MIND ID
Pada akhir Juni lalu, INCO telah menandatangani perjanjian kerangka kerja offtake bijih dengan MIND ID mulai tahun 2026. Di tengah pengembangan proyek tambang yang sedang berjalan, INCO sudah bisa mulai menjual bijih nikel, meski masih dalam jumlah yang mini.
Namun, INCO harus terlebih dulu mendapat persetujuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari pemerintah. "Jika diizinkan, mulai tahun ini pun sebenarnya bisa dilakukan. Walau jumlahnya kecil, hanya beberapa ratus ribu ton saja. Ini juga upaya kami untuk menambah pendapatan kala harga nikel sedang turun," ungkap Febriany.
Baca Juga: Garap Proyek Strategis Nasional, Wijaya Karya (WIKA) Dapat Penghargaan dari PUPR
Febriany bilang, langkah INCO untuk melakukan penjualan bijih nikel ke pasar domestik dapat memberikan dampak yang positif bagi industri smelter di dalam negeri. "Dengan tambang berkelanjutan Vale, ini bisa menjadi suatu jaminan suplai bijih yang baik bagi smelter domestik," kata Febriany.
Adapun, kinerja INCO selama ini ditopang oleh penjualan nikel matte. Sejak awal operasional, INCO tidak pernah mengekspor bijih nikel mentah. INCO telah mengoperasikan peleburan nikel di Blok Sorowako, sejak tahun 1970-an.
Di Blok Sorowako, INCO menambang nikel laterit untuk memproduksi nikel dalam matte. Kemudian nikel matte ini dijual melalui kontrak jangka panjang kepada Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining.
Pada tahun ini, INCO menargetkan produksi nikel matter sebanyak 70.800 ton. Hingga semester I-2024, produksi nikel matte INCO sudah mencapai 34.774 ton.
Direktur Independen & Chief Financial Officer Vale Indonesia Rizky Andhika Putra optimistis target volume nikel matte tersebut bakal tercapai. Namun, perolehan pendapatan dan laba INCO tetap akan dipengaruhi oleh pergerakan harga nikel yang saat ini masih cenderung landai.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Garap Tiga Proyek Strategis
Dus, INCO akan fokus menggenjot efisiensi agar bisa menjaga biaya (cash cost) di bawah US$ 10.000 per ton. "Kami cukup percaya diri menjaga cash cost, sehingga secara profitabilitas akan cukup terjaga dengan sehat," ungkap Rizky.
Salah satu yang akan dilakukan INCO adalah memperbarui proses bisnis dari sisi pengadaan energi. INCO meninjau kembali kontrak, dan akan berkolaborasi dengan MIND ID untuk menjadi bagian dari kontrak global holding tambang BUMN tersebut. "Sehingga kami bisa mendapatkan harga komoditas yang lebih baik," tandas Rizky.