kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara corona, obligasi dari sektor multifinance dinilai punya peluang default


Kamis, 16 April 2020 / 19:17 WIB
Gara-gara corona, obligasi dari sektor multifinance dinilai punya peluang default
ILUSTRASI. Pefindo tercatat sudah memangkas 11 peringkat ataupun outlook emiten.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi virus corona, beberapa emiten terpaksa mengalami pemangkasan peringkat dan outlook oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Bahkan pada kurun waktu April, Pefindo tercatat sudah memangkas 11 peringkat ataupun outlook dari beberapa emiten.

Direktur Utama Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono, menilai pemangkasan peringkat dan outlook merupakan hal wajar di tengah kondisi saat ini. Dia menyebut, pandemi virus corona telah membuat aktivitas ekonomi menjadi terganggu.

“Memasuki kuartal II-2020 kondisi ini belum ada tanda-tanda membaik. Sehingga pada semester I-2020 terlihat belum ada pergerakan ekonomi yang artinya kinerja emiten pasti akan banyak yang terdampak,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Baca Juga: Pefindo sudah menurunkan peringkat dan outlook 11 perusahaan akibat corona

Wahyu bahkan menyebut, imbas dari terganggunya kinerja emiten membuka lebar peluang gagal bayar obligasi. Bisa jadi beberapa emiten yang sudah menerbitkan obligasi korporasi akan kesulitan membayar kewajiban kupon tiga bulanan atau enam bulanan seiring buruknya putaran roda ekonomi.

“Di tengah kondisi seperti ini, saya lihat beberapa emiten berpeluang akan mengalami penundaan pembayaran kupon yang bisa disebut juga sebagai gagal bayar. Biasanya akan disebut sebagai technical default, jika ini terjadi otomatis ratingnya bisa turun sampai ke CCC,” tambah Wahyu.

Baca Juga: Efek depresiasi rupiah, ada empat perusahaan berisiko karena utang dolar

Sektor yang dinilai Wahyu paling rentan mengalami gagal bayar adalah sektor keuangan, khususnya multifinance. Ini karena semenjak virus corona menyebar, perusahaan multifinance mengalami kesulitan untuk menyalurkan kredit seiring dengan turunnya konsumsi masyarakat.

“Ditambah lagi pemerintah kan bikin kebijakan bebas cicilan kredit untuk kalangan tertentu. Sehingga kami melihat obligasi yang diterbitkan multifinance akan meningkat potensi gagal bayarnya,” kata Wahyu.

Baca Juga: Moody's pangkas outlook Inalum menjadi negatif

Sementara sektor yang relatif tidak terdampak signifikan disebut Wahyu adalah perusahaan-perusahaan yang berfokus di produksi makanan dan minuman, perusahaan farmasi, dan perkebunan yang berkaitan dengan hasil bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×